Mengulik Rekam Jejak Wiranto, Alasan Jokowi Memilihnya Jadi Wantimpres
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melantik sembilan orang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2019-2014 di Istana Negara, Jumat, 13 Desember 2019. Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto ditunjuk sebagai Wantimpres.
Jokowi mengatakan, alasan menunjuk Wiranto sebagai Wantimpres karena rekam jejaknya. Bersama delapan tokoh lainnya, dia didapuk menjadi Ketua lembaga pemerintah non struktural yang baru dibentuk di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Masalah pengalaman, track record, Pak Wiranto kan track record dan pengalamannya panjang di pemerintahan. Menangani banyak masalah. Ini kan memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Presiden," kata Jokowi usai pelantikan Wantimpres di Istana Negara, Jakarta.
Munculnya nama Wiranto sebagai ketua sekaligus anggota Wantimpres sebenarnya tak begitu mengejutkan banyak orang. Wiranto dalam catatan warganet merupakan pejabat di sektor keamanan yang dianggap 'abadi'.
Pada tahu ini, salah satu akun media sosial sempat membagikan foto Wiranto saat menjadi Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan, di tahun 1998. Kala itu, Wiranto menyampaikan keterangan pers mengenai demonstrasi mahasiswa besar-besaran menuntut Presiden Soeharto mundur.
Foto serupa pada tahun 2019 kemudian disandingkan, saat Wiranto berbicara dengan tema yang sama, yakni demonstrasi mahasiswa dengan tuntutan menolak sejumlah Rancangan Undang-undang (RUU), salah satunya RUU KPK. Bahkan demonstrasi yang berlangsung berhari-hari di depan gedung parlemen Senayan terdapat spanduk bertulis, 'Tidak Ada Yang Abadi Kecuali Wiranto.'
Wiranto merupakan salah satu prajurit TNI yang cemerlang. Saat Reformasi, BJ Habibie yang saat itu menjadi presiden menggantikan Soeharto, mengangkat Wiranto Menko Polhukam.
Selain pensiun dari militer dan menjabat posisi di pemerintahan, pria kelahiran 4 April 1947 ini mencoba karier di dunia politik. Pada 2004, dia pernah menjadi kandidat presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid. Namun dia kalah dengan pasangan SBY-Jusuf Kalla.
Setelah itu, dia mendirikan Partai Hanura dan menjabat Ketua Dewan Pembina. Pada Pilpres 2009, dia ikut mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama Jusuf Kalla, namun gagal. Sebelum berlabuh di Hanura, Wiranto pernah tercatat sebagai politisi Partai Perindo yang dirintis pengusaha Hary Tanoesoedibjo.
Pada Pilpres 2014, dia kembali menjadi bakal calon presiden berpasangan dengan Hary Tanoesoedibjo. Tetapi mereka berpisah sebelum pilpres digelar. Dia akhirnya mengusung calon lain, Joko Widodo. Setelah Jokowi menang, Wiranto diangkat menjadi Menko Polhukam. Dan di kabinet II Jokowi, dia dipercaya menjadi Ketua Wantimpres.
Seperti diketahui pada akhir masa jabatannya, Wiranto mengalami insiden penusukan oleh orang yang diduga teroris pada Oktober 2019 lalu di Banten. Dia mengalami luka tusuk di perut dan menjalani perawatan di rumah sakit cukup lama.
Sementara itu, sebelum dilantik menjadi Wantimpres, Wiranto diketahui kembali ke kantor lamanya, Kemenkopolhukam, sebelum berangkat ke Istana Negara untuk dilantik. Dia mengaku, siap untuk menjalankan tugasnya sebagai Wantimpres.
"Berkat doa restu Anda, saya kembali pulih sehat. Siap bertugas, siap kerja," kata Wiranto kepada wartawan yang menemui usai menunaikan Salat Jumat di kantor Kemenpolhukam, Jakarta, Jumat 13 Desember 2019.
Wiranto menjadi Ketua Wantimpres didampingi oleh Arifin Panigoro, Dato' Sri Tahir, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Mardiono Bakar, Putri Kuswisnuwardhani, Agung Laksono, Sidarto Danusubroto dan Sukarwo.