2 Tokoh Dayak di Lingkaran Kekuasaan, Salah Satunya Bos Intelijen
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Alue Dohong mewakili tokoh Dayak yang masuk kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.
Dohong sebelumnya pejabat di Badan Restorasi Gambut (BRG). Menurutnya, masyarakat suku Dayak tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara.
"Saya kira dalam sejarah Indonesia merdeka, baru sekali ini mungkin orang Dayak yang ditawari posisi dalam kabinet," tuturnya.
Meski begitu, jauh sebelum Alue Dohong, sedikitnya ada dua tokoh Dayak yang berada di lingkaran kekuasaan. Dalam hal ini pemerintah.
Berdasarkan data yang dikelola VIVA, Senin, 28 Oktober 2019, berikut profil tokoh Dayak ini.
Marsekal Pertama TNI Tjilik Riwut
Kalau Pangeran Muhammad Noor adalah Gubernur Pertama Kalimantan, Tjilik Riwut merupakan Gubernur Pertama Kalimantan Tengah (1959-1967). Ia dengan bangga selalu menyatakan diri sebagai "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan.
Tjilik juga dikenal sebagai pencinta alam sejati yang sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ia adalah salah satu putera Dayak dari suku Dayak Ngaju yang menjadi anggota KNIP. Perjalanan dan perjuangannya kemudian melampaui batas-batas kesukuan untuk menjadi salah satu pejuang bangsa.
Tjilik Riwut telah berjasa memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 17 Oktober 1947 oleh pasukan MN 1001, yang ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI-AU yang diperingati setiap 17 Oktober.
Kala itu, Pemerintah RI masih di Yogyakarta dan pangkat Tjilik Riwut adalah Mayor TNI. Pangkat terakhir Tjilik Riwut adalah Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU.
Menurut sejarawan Roeslan Abdoelgani, Tjilik Riwut merupakan orang yang pertama kali mengajukan wacana pemindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya.
Argumentasi Tjilik, kata Roeslan, adalah posisi Palangkaraya tepat berada di titik tengah Indonesia. Lokasinya pun bisa menjaga ibu kota dari ancaman negara lain.
Tantangan yang dihadapi pada saat itu, belum tersedia jalur transportasi yang memadai ke kota itu. Tjilik Riwut adalah tokoh nasional asal Dayak dan Kalimantan yang disukai Presiden Soekarno.
Letnan Jenderal TNI Zaini Azhar (ZA) Maulani
Ia adalah mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), sekarang Badan Intelijen Negara (BIN), di era Pemerintahan Presiden Bachrudin Jusuf (BJ) Habibie.
Pria kelahiran 6 Januari 1939 di Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan ini dikenal dekat dengan gerakan-gerakan Islam.
Karena, ia juga pernah menjadi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII). Sangat sedikit orang Dayak yang bisa meraih posisi penting di Indonesia, terutama masa Pemerintahan Presiden Soeharto.
ZA Maulani merupakan salah satu tokoh nasional dari suku Dayak Bakumpai, suku yang merupakan pendakwah dan penyebar agama Islam ke pedalaman Kalimantan.
Usai lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah pada 1961, Maulani kemudian melanjutkan sekolah di Command and General Staff College, Quetta, Pakistan pada 1971, dan Lemhanas pada 1982.
Karier Maulani lebih banyak dihabiskan di dunia militer. Diawali sebagai Komandan Peleton, Kompi I, Batalyon 145/Sriwijaya. Ia lalu menjadi Panglima Kodam VI Tanjungpura 1988-1991.
Dari Kodam Tanjungpura, Maulani kemudian menjabat Sekretaris Jenderal Departemen Transmigrasi pada 1991-1995. Ia lalu menjadi staf ahli Menristek/BPPT pada 1995-1998. Maulani meninggal dunia di Jakarta pada 5 April 2005 di usia ke-66 tahun.