Bamsoet Dapat Dukungan Akbar Tanjung Jadi Calon Ketua Umum Golkar
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Politikus senior Partai Golkar yang juga mantan Ketua Umum Golkar, Akbar Tanjung, menyatakan dukungannya kepada juniornya Bambang Soesatyo, untuk mencalonkan sebagai ketua umum pada munas partai yang rencananya digelar Desember 2019.
Akbar mendukung pria yang akrab disapa Bamsoet itu juga lantaran sesama mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang kini duduk di kepengurusan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
“Jadi kalau ingin menjadi ketua umum Partai Golkar harus lah pandai-pandai. Saya dukung karena kita sepakat kader-kader kita harus menduduki berbagai posisi penting," kata Akbar memberikan dukungannya, seperti dalam siaran pers, Jumat 28 Juni 2019.
Bambang Soesatyo, adalah salah satu kandidat calon ketua umum yang sudah menyatakan kesiapannya maju. Selain dia, Ketum Golkar saat ini Airlangga Hartarto juga menyatakan akan maju lagi.
"Pengkaderan yang dilakukan di HMI tidak hanya bertujuan mencetak tokoh organisasi saja. Lebih jauh, pengkaderan yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan kader HMI yang mampu menduduki berbagai posisi penting di bidang politik, sosial, kemasyarakatan serta profesi," kata Akbar, yang saat ini dipercaya sebagai ketua Dewan Penasihat KAHMI.
Bamsoet menyatakan senang, karena sebagai kader KAHMI banyak senior-seniornya yang pernah menduduki posisi ketua umum Golkar. Termasuk Akbar Tanjung, yang bahkan kenyang pengalaman di pemerintahan hingga juga pernah menjadi ketua DPR.
"Saya alumnus keempat HMI yang menempati rumah jabatan di kompleks pejabat negara Widya Chandra ini. Yang paling lama adalah Bang Akbar Tanjung, mulai sejak menteri sampai menjadi ketua DPR RI. Kemudian dilanjutkan Pak Marzuki Alie, lalu Kang Ade Komaruddin dan sekarang saya," ujar Bamsoet.
Dia menilai, kader-kader di KAHMI memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan untuk bangsa dan negara ini. Maka perlu diberi kesempatan untuk dimanfaatkan kemampuan itu dalam hal-hal yang produktif.
“Profesor banyak, doktor sangat banyak, master atau pascasarjana apalagi. Mau cari profesi apa saja juga ada. Karena itu akademisi, intelektual dan kaum profesional yang ada di HMI dan KAHMI harus menjadi lokomotif perubahan," ujarnya.