Celoteh Soetrisno Bachir, Dahulu Dia Terkenal Orang Berebut Salaman

Soetrisno Bachir di Surabaya (kanan)
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional atau KEIN, Soetrisno Bachir mengisi seminar bertajuk “Membangun Jiwa Enterpreneurship Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 10 April 2019. Saat berbicara di hadapan ratusan mahasiswa dengan gaya bercanda dia menyinggung soal politik dan pemilihan presiden.

Soetrisno mengawali sapaannya kepada para mahasiswa dengan sedikit bercerita tentang dirinya saat aktif di partai politik. Tanpa menyebut pernah menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional 2005-2010, dia menceritakan bagaimana dahulunya sebagai sosok terkenal. "Tahun 2005-2006 Mas SB (Soetrisno Bachir) itu sangat terkrnal, karena saya pasang iklan dan baliho, supaya dikenal," katanya.

"Waktu itu belum ada media sosial, belum ada Facebook, belum ada Twitter. Jadi untuk dikenal pasang baliho dan iklan. Itu saya lakukan tahun 2006, mungkin umur adik-adik enam (tahun). Dahulu 2005-2010 saya ketua partai, itu zaman jahiliyah ya, saya masuk kampus pun berebutan salaman dan foto," ucap Soetrisno.

Dia menyampaikan hal itu sebagai gambaran kepada mahasiswa yang hadir bahwa untuk menjadi pengusaha syaratnya di antaranya harus berani. Dunia kepartaian menuntut agar tidak takut tampil di publik. "Ayo, duduk di depan, jangan takut. Kalau mau berhasil berwirausaha itu syaratnya, pertama, harus berani," kata dia.

Soetrisno juga menyinggung soal pemilihan presiden, termasuk posisinya yang saat ini mendukung calon Presiden-Wakil Presiden nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin. Sama dengan di Nahdlatul Ulama, menurutnya dalam politik sudah biasa terjadi perbedaan pendapat di internal Muhammadiyah. "Kalau menang 01, ada saya di sana, kalau yang menang 02, ada yang lainnya, misalnya, Pak Suyatno. Enggak apa-apa," ujarnya. 

Soetrisno lantas menyinggung soal jatah menteri yang biasa diisi oleh kader Muhammadiyah. "Muhammadiyah itu jatahnya dua, Menteri Pendidikan sama Menteri Kesehatan. Kalau menteri pendidikan stoknya banyak, tapi kalau calon menteri kesehatan stoknya sedikit," kata dia lagi.

Soetrisno menegaskan optimismenya bahwa warga Muhammadiyah mayoritas bisa mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Apalagi banyak tokoh Muhammadiyah yang dekat dengan petahana.

"Muhammadiyah punya orang-orang yang deket dengan pak Jokowi, ada Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy, ada Buya Syafi, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Malik Fajar, dan ada KEIN Soetrisno Bachir," kata dia.