Ditantang Wiranto Sumpah Pocong, Kivlan: Saya Mau Debat dan Pengadilan
- Zahrul Darmawan/VIVAnews
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, melontarkan pernyataan heboh dengan menantang mantan Kepala Staf Kostrad ABRI, Mayjen (Purn) Kivlan Zen untuk sumpah pocong. Tantangan ini, untuk membuktikan siapa dalang kerusuhan tahun 1998.
Merespons tantangan itu, Kivlan justru heran dan menyindir eks Panglima ABRI tersebut.
"Ya gini, saya tanya sama Pak Wiranto, sumpah pocong itu solusi hukum untuk Indonesia ada enggak di KUHP? Kau pernah lihat pocong, pocong yang kepalanya diikat-ikat di kepala di televisi, masa saya sumpah begituan," kata Kivlan, saat dikonfirmasi VIVA, Rabu 27 Februari 2019.
Kivlan malah menantang balik Wiranto bila berani, maka sebaiknya buktikan lewat debat secara terbuka dan melalui proses pengadilan. Ia berharap, Wiranto berani menerima tantangan ini, bukan dengan sumpah pocong.
"Sumpah pocong itu terminologi setan, bukan hukum. Saya mau buktikan itu dilakukan melalui debat dan pengadilan. Debat di depan umum, misalnya di tvOne tentang 98, tentang yang benar yang salah. Kedua, lewat pengadilan militer atau hak asasi manusia. Saya kupas itu kulitnya Wiranto di muka umum," tutur jenderal jebolan Akmil angkatan 1971 itu.
Kemudian, Kivlan pun menyinggung blunder Wiranto di 1998, yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Ia mempertanyakan, Wiranto yang pergi ke Malang, saat kondisi di Jakarta, 14 Mei 1998 dalam kondisi rusuh. Sementara itu, saat itu, Presiden RI ke-2 Soeharto berada di Kairo, Mesir.
"Pertama, salahnya Wiranto tanggal 14 Mei 1998, meninggalkan Jakarta, yang hancur-hancuran. Saat itu, dia berada di Malang. Dia kan Panglima ABRI," ujar Kivlan.
Lalu, ia juga menyoroti manuver Wiranto, yang meminta Presiden RI ke-3, BJ Habibie untuk posisi Panglima ABRI. Saat itu, Habibie sudah resmi menggantikan Soeharto karena didesak mundur. Padahal, Wiranto sudah terbukti gagal mengatasi kerusuhan 1998.
Permintaan Wiranto ini, menurutnya, disampaikan di kediaman Habibie di Patra Kuningan, Jakarta. Kata Kivlan, dia saat itu mengetahui dan mendengar pernyataan Wiranto.
"Tanggal 22 Mei 1998, dia (Wiranto) meminta BJ Habibie untuk kembali menjadi Panglima ABRI. Padahal, Habibie saat itu ingin Hendroproyono. Saya ada saat itu dan saya dengar langsung kok," tutur Kivlan.
Baca: Wiranto Tantang Prabowo dan Kivlan Zen Sumpah Pocong
Sebelumnya, Wiranto menantang Kivlan Zen untuk sumpah pocong dalang kerusuhan Mei 1998. Selain Kivlan, Wiranto juga menantang Prabowo Subianto.
Tantangan ini dilontarkan Wiranto, karena geram dengan tudingan Kivlan Zen bahwa dia yang seolah-olah menjadi dalang kerusuhan pada zaman kepemimpinan Soeharto itu.
"Sumpah pocong saja. 98 itu yang menjadi bagian dari kerusuhan itu saya, Prabowo, Kivlan Zen. Sumpah pocong kita, siapa yang sebenarnya dalang kerusuhan, biar terdengar di masyarakat, biar jelas. Jangan asal menuduh saja," kata Wiranto di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 26 Februari 2019.
Baca: Wiranto: Saya Bukan Dalang Kerusuhan 1998, Saya Justru Mencegah
Ia meminta Kivlan Zen jangan asal menuduh saja. Bahkan, Wiranto mengklaim, dia justru melakukan berbagai langkah persuasif dan kompromi dengan para aktivis reformasi. Dengan tujuan, agar jangan sampai muncul kekacauan yang merugikan masyarakat Indonesia.
"Bukan saya dalang kerusuhan. Saya justru mencegah kerusuhan terjadi. Dan, ternyata tiga hari saya sudah mampu mengamankan negeri ini," ujar Wiranto. (asp)