Nurhadi-Aldo: Satir Politik dan Skeptisme yang Memuncak Jelang Pilpres

Kurang dari empat bulan jelang pemungutan suara pemilu 2019, para kandidat presiden dan wakil presiden dianggap tak kunjung menawarkan program nyata pada pemilih.-AFP
Sumber :
  • bbc

Keriuhan media sosial terhadap pasangan capres-cawapres fiktif, Nurhadi - Aldo, dianggap sindiran keras terhadap kontestan pemilihan presiden yang tak kunjung menawarkan program substansial terhadap pemilih.

Sejak tahapan kampanye pilpres dimulai September lalu, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dinilai hanya membicarakan isu identitas hingga adu pencitraan.

Hurriyah, dosen ilmu politik di Universitas Indonesia, menyebut akun media sosial Nurhadi-Aldo menjadi ruang ekspresi kelompok yang apatis dan skeptis terhadap pillpres 2019.

"Fenomena ini adalah respon terhadap jargon dan program yang disampaikan kedua kubu," ujarnya saat dihubungi, Senin (07/01).

"Ini menjadi peringatan bahwa publik muak pada konstetasi politik yang semakin tidak sehat. Sudah dekat pemilu, kedua kubu bahkan belum membicarakan program yang akan mereka tawarkan," kata Hurriyah.

Nurhadi-Aldo adalah pasangan capres-cawapres fiktif yang muncul dalam tiga platform media sosial, yaitu Instagram, Twitter, dan Facebook.

Penggagasnya adalah delapan pemuda usia dari 17-23 tahun nonpartisan yang tinggal di beberapa kota di Indonesia

Sejak diluncurkan 24 Desember lalu di Instagram, akun @nurhad_aldo telah memiliki 243 ribu pengikut. Jumlah itu memang jauh dibandingkan pengikut Instagram Jokowi (15,2 juta) dan Prabowo (2,4 juta).

Namun di Instagram, pengikut akun Nurhadi-Aldo lebih besar daripada akun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (94,8 ribu) dan Golkar (9,7 ribu).

Dalam sejumlah unggahannya, penggagas Nurhadi-Aldo menyindir realitas politik, antara lain dengan kutipan, "PKI dan isu kepercayaan radikal merupakan manuver politik kelas penguasa untuk menarik simpati massa."

Ada pula kutipan, "Nasionalisme hanyalah dalih penguasa untuk mengontrol rakyat."

Akun Nurhadi-Aldo juga menyindir partai politik tertentu, salah satunya dengan berkata, "Partai sebelah berani menolak poligami, tapi enggak berani membawa isu LGBT."

Salah satu penggagas sekaligus tim sukses pasangan fiktif ini, Edwin, menyebut kelompoknya mendiskusikan secara serius setiap unggahan satir politik.

Meski lebih mudah ditangkap sebagai ungkapan jenaka, kata Edwin, kalimat-kalimat itu menggambar realitas politik Indonesia saat ini.

"Tujuan kami menyadarkan masyarakat bahwa politik itu penting. Ini gerakan pembaruan. Ini bukan sekedar gerakan anak muda, tapi tempat edukasi masyarakat," tuturnya.

Menurut Hurriyah, warganet ramai berbincang di akun Nurhadi-Aldo karena kritik terhadap capres-cawapres kerap perundungan dan bantahan.

Mereka yang gandrung terhadap pasangan alternatif fiktif ini disebut Hurriyah berpotensi besar tak menggunakan hak pilih atau menjadi golongan putih (golput).

"Mereka yang kecewa dan acuh terhadap politik cukup besar. Tahun 2019 ada kemungkinan jumlahnya meningkat," ujar Hurriyah.

Dalam catatan Komisi Pemilihan Umum, persentase golput pada pemilu 2009 dan 2014 berkisar antara 25-30%. Angka golput pada rentetan pilkada selama beberapa tahun terakhir juga serupa.

Maman Imanulhaq, Juru Bicara Jokowi-Maruf, tak khawatir jika para pengikut Nurhadi-Aldo terus-menerus skeptis terhadap pilpres. Menurutnya, jumlah follower pasangan fiktif itu tak sebanding dengan target suara Jokowi-Maruf.

"Dari 182 juta pemilih resmi, sekitar 300 ribu orang itu tidak terlalu signifikan. Yang penting edukasi agar jangan sampai ada yang golput atau apatis," kata Maman.

Sementara Andre Rosiade, Juru Bicara Prabowo-Sandiga, yakin strategi kampanye yang personal dan rinci akan meluluhkan kelompok skeptis. Ia berkata, pihaknya terus memperuncing strategi kampanye di media sosial.

"Orang-orang itu butuh kepastian program. Kami akan lakukan pertemuan tatap muka terbuka ( town hall meeting ) untuk paparkan visi-misi, juga pendekatan rumah ke rumah untuk dekati swing voter ini," ujarnya.

Capres-cawapres masih berkesempatan memaparkan program nyata mereka karena kampanye pilpres masih akan bergulir hingga 13 April mendatang,

Debat pertama capres-cawapres akan berlangsung 17 Januari, sedangkan kampanye metode rapat umum dimulai 24 Maret.

Adapun, pencoblosan pilpres akan dilakukan 17 April, serentak dengan pemilihan legislatif.