Keluh Kesah Kader PDIP Kerap Dituduh sebagai PKI
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Seorang kader ranting DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bekasi mengeluhkan kerap dituduh sebagai PKI oleh rekan sejawatnya.
Supriyatna bin Nur, pria berusia 34 tahun itu mencurahkan hatinya di depan jajaran DPP PDIP Perjuangan yang hadir rapat di rapat koordinasi.
Ia mengatakan merasa risih dengan tudingan itu karena telah mengganggu dirinya dan keluarga.
"Mohon izin, begini pak Sekjen dan pak Djarot. Di sini isunya sekarang ini PDIP disebut PKI. Kita disebut partai setan dan PKI," kata Supriyatna di rapat koordinasi di kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu 17 November 2018.
Supriyatna berkata fitnah tersebut sudah didengarnya sejak masih kecil. Tudingan itu disampaikan lantaran ayahnya pernah dipenjara saat rezim Orde Baru meski tak jelas kasus yang menjerat sang ayah.
Setelah berkeluh kesah, ingin mengatakan mendapat wejangan bagaimana isu PKI ini dapat dibantah dengan cara yang tepat.
"Bagaimana menepis berita yang beredar ini di masyarakat," lanjutnya.
Cerita Supriyatna diceritakan di depan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Ketua Bidang Organisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat.
Djarot mengatakan, bahwa jelang pemilu isu PKI memang selalu muncul menyerang partainya dan Presiden Jokowi.
Ia menegaskan, kader di bawah karena itu harus berani berbicara untuk meluruskan fitnah yang disebar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Ideologi Komunisme, lanjut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, sudah tak laku di dunia masa kini.
"PDIP harus berani ngomong, PDIP ideologinya Pancasila. Dan yang menjadi lawan Komunisme adalah Pancasila. Maka dari itu tidak benar bahwa PDIP identik dengan PKI," respons Djarot.
Selain isu PKI, Djarot mengatakan, opini yang coba digiring ialah bahwa partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu disebut anti-Islam. Hal itu kata Djarot adalah upaya mencoba menggerus suara Moncong Putih di Pemilu nanti.
"Ada 80 persen lebih pendukung PDIP umat Islam. Nasionalisme selalu bergandengan dengan Islam. Maka seorang nasionalis otomatis seorang Islam yang baik, Muslim yang baik," ujar mantan Wagub DKI itu.