Peluru Nyasar, DPR Desak Kepolisian Lakukan Pemeriksaan Lebih Lanjut

Anggota DPR RI Vivi Sumantri Jayabaya saat menunjukan bekas peluru nyasar.
Sumber :

VIVA – Peluru nyasar kembali menembus ruang kerja dua anggota DPR, yang terungkap Rabu (17/10). Pertama di ruang 1008 lantai 10 kamar kerja anggota Vivi Sumantri Jayabaya dari Fraksi Partai Demokrat dan kedua ruang kerja anggota Totok Daryanto dari Fraksi PAN lantai 20 ruang 2003, Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Sama dengan kejadian Selasa kemarin, peluru nyasar diduga dari arah Lapangan Tembak yang lokasinya di seberang Gedung DPR searah dari Jalan Asia Afrika ke Palmerah.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengomentari kasus ini mendesak aparat kepolisian untuk mengusut peluru nyasar yang kedua ini. Kalau merupakan rentetan yang sama, berasal dari Lapangan Tembak, maka harus direlokasi segera karena bagaimana mungkin sasaran tembaknya ke Gedung DPR. Dan hal itu bisa menjadi insiden terus menerus, bukan inisiden kecil, tetapi bisa membunuh dan bisa jadi peristiwa besar dimana korbannya adalah pejabat politik.

“Kali ini kepolisian harus mengecek lagi kasus peluru nyasar kedua ini, atau merupakan peristiwa baru. Lapangan tembak itu memang tidak layak berada di lokasi itu,” tegas Fahri.

Selain itu dia mendesak, kasus ini perlu diusut kejadian ini. “Kalau merupakan kasus penembakan yang lain, bukan dari Lapangan Tembak harus dicari motifnya, seperti kemarin langsung bisa ditangkap sehingga tidak menimbulkan spekulasi yang lebih besar, apalagi di tahun politik yang bisa menyebabkan munculnya praduga tertentu yang berefek pada dinamika dan stabilitas politik,” pungkas Pimpinan DPR Korkesra ini.

Ketua Fraksi Partai Demokrat Edy Baskoro Yodhoyono dalam jumpa pers menyatakan, bisa diduga kasus ini kegiatan terorisme atau kegiatan lain yang ingin mencederai anggota DPR atau seluruh penghuni komplek Parlemen.

Untuk itu Ibas- panggilan akrab Edy Baskoro mengusulkan, jika benar peluru nyasar berasal dari komplek pelatihan menembak Perbakin yang terlalu dekat dengan Gedung DPR, maka pihaknya minta direlokasi. Di manapun tempat latihan menembak itu tidak berlokasi di tengah kota.

“Ketika Jakarta semakin modern, penduduk kian rapat maka tidak relevan lokasi latihan menembak di tengah kota, berada pinggir jalan raya dengan ramainya pejalan kaki maupun aktifitas orang bermobil. Untuk sementara kegiatan di lapangan tembak itu distop dulu, dicarikan tempat yang lebih nyaman,” kata Ibas menambahkan.