Komisi X: HUT RI sebagai Momentum Wujudkan Bangsa Adil dan Makmur
VIVA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra mengatakan, dalam pembukaan UUD 1945, para pendiri bangsa telah merumuskan kemerdekaan dari sudut pandang yang sangat spiritual. Diawali dengan kalimat ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa’, kemudian dilanjutkan dengan ‘Dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur’ dan seterusnya, kemudian diakhiri dengan ‘Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya’.
Itulah rumus kemerdekaan yang telah dicapai oleh Bangsa Indonesia, yakni keinginan Tuhan yang berpadu dengan keinginan kita sebagai manusia, maka lahirlah kemerdekaan. Di alenia sebelumnya secara tersurat disebutkan ‘Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang bebahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan’.
“Dari untaian kalimat ini, kata kemerdekaan merupakan perpaduan antara keinginan Tuhan dan keinginan manusia disebut sebagai saat yang berbahagia. Itulah yang seharusnya menjadi ruh bagi peringatan HUT kemerdekaan yang kita rayakan, yakni kebahagiaan adalah saat skenario Tuhan dan skenario kita berpadu menjadi satu, sehingga menjadi momentum mewujudkan bangsa kita yang adil dan makmur,” kata Sutan saat memaknai HUT ke-73 Kemerdekaan RI, dalam rilis yang diterima Parlementaria, Jumat (17/8/2018).
Tantangan selanjutnya, lanjut politisi Partai Gerindra itu, adalah bagaimana mentransfer semangat ini dari generasi ke generasi. Pengetahuan (knowledge) tentang kemerdekaan bisa ditransfer dari pelajaran di sekolah, tapi rasa (feeling) kemerdekaan lebih sulit untuk ditransfer. Padahal, tanpa ikut ‘merasakan’ indahnya kemerdekaan, sulit bagi kita untuk mensyukuri kemerdekaan itu sendiri.
“Salah satu cara untuk mentransfer rasa ini adalah dengan mengajak generasi-generasi yang lahir pasca proklamasi kemerdekaan untuk merenung, berkontemplasi, dan membayangkan betapa beratnya perjuangan para pendahulu kita dan betapa bahagianya mereka ketika kemerdekaan itu bisa diraih, ketika skenario Tuhan dan skenario manusia berpadu menjadi satu,” imbuh Sutan.
Untuk membangkitkan rasa ini, saran Sutan, para generasi penerus bisa diajak mengunjungi situs-situs bersejarah yang menjadi saksi bagaimana kerasnya perjuangan para pendahulu kita. Saat mengunjugi sisa-sisa peninggalan penjajah Jepang misalnya, dapat dirasakan bagaimana dulu kejamnya sistem kerja romusha yang merengut jutaan jiwa yang tak berdosa.
“Selain itu, para generasi penerus juga bisa diajak merasakan atmosfir kemerdekaan dengan menyaksikan kesenian yang membuncahkan rasa bahagia seoperti yang dirasakan oleh para pendahulu kita saat mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur,” harap politisi dapil Jambi itu.