Cerita Mahfud MD Akan Berboncengan Motor dengan Jokowi ke KPU

Perwakilan Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Mohammad Mahfud MD menceritakan detik-detik akhirnya batalnya dipinang Jokowi sebagai calon wakil presiden. Realitas politik itu, kata dia, terjadi begitu cepat dan sangat dinamis.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menyatakan, persiapan dari pihak Istana Kepresidenan yang begitu ketat membuat dirinya agak yakin 10 Agustus 2018 lalu, namanya lah yang resmi didaftarkan.

Bahkan sebelumnya, kata dia, Teten Masduki sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden sempat menggambarkan situasi proses pendaftaran dari Gedung Joang menuju KPU.

"Sudah disiapkan upacaranya nanti berangkat dari Gedung Joang naik sepeda motor dengan Pak Jokowi. Pak jokowi di depan. Saya bilang kenapa tidak satu-satu aja, Pak Jokowi bawa saya juga bawa. Katanya enggak bagus ntar Pak Jokowi belok ke kanan saya ke kiri, difoto wartawan enggak sama. Jadi sudah detil begitu," kata Mahfud di Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa 14 Agustus 2018,

Tidak hanya proses pendaftaran, lanjut Mahfud, sepekan sebelumnya sudah berkomunikasi dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Pejabat teras Istana itu meminta agar disiapkan daftar riwayat hidup hingga pengukuran baju agar selaras dengan Jokowi saat pendaftaran.

Hingga hari H, saat deklarasi yakni 9 Agustus 2018, Teten Masduki sempat meminta Mahfud MD menunggu di salah satu restoran dekat tempat partai koalisi dan Jokowi mengumumkan calon wakil presiden di Plataran, Menteng.

"Sambil menunggu di ruang sebelah akan deklarasi, nanti tampil tinggal menyeberang. Seperti bapak dan semuanya dengar, yang terjadi akhirnya diumumkan Kiai Ma'ruf Amin. Saya diburu wartawan, ya saya bilang saya terima itu sebagai realitas politik," ujar dia.

Mahfud mengaku tidak kecewa kepada pihak-pihak yang kerap menghubunginya ihwal pemberi harapan pencalonannya itu. Ia menyadari realitas politik di negeri ini penuh ketidakpastian. "Saya enggak kecewa, kaget aja. Tapi politik biasa aja begitu, sakit hati enggak karena keperluan negara ini jauh lebih penting daripada Mahfud dan Ma'ruf Amin," tegasnya