Politikus PDIP Ungkap Sebab Mega Sakit Hati pada SBY
- Biro Pers Istana/ Abror Rizki
VIVA - Renggangnya hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono sudah menjadi rahasia umum. Padahal dua tokoh itu dulu memiliki hubungan yang 'mesra'.
Pada 2001-2004, Megawati menjabat sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Sedangkan SBY merupakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan dalam kabinet Megawati.
Jelang Pemilihan Presiden pada tahun 2004, hubungan baik itu retak. Kabar buruknya, keretakan itu kemudian berlangsung sampai saat ini. Sekitar 14 tahun.
Apa penyebabnya? Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dwi Ria Latifa mengungkapkannya.
"Ada satu hal tidak dipahami masyarakat, yang selalu ditutupi. Bahasa angin yang bertiup kenapa Bu Mega ada kejadian di 2004, saya tanya kenapa Mbak, kejadian apa dengan Pak SBY sampai begitu sekali," kata Ria dalam acara Indonesia Lawyers Club, di tvOne, Selasa, 31 Juli 2018.
Ria menuturkan tindakan SBY membuat Mega mengurut dada. Tapi tidak sampai memaki-maki.
"Beliau tidak pernah memaki, beliau katakan saya memang merasa miris dan kecil hati," lanjut Ria.
Ria menuturkan di akhir jabatannya sebagai presiden pada 2004, dan jelang pilpres, Mega mendapat informasi bahwa SBY melakukan pergerakan politik, dari membentuk partai dan hendak maju sebagai presiden. Mega yang dalam posisi sebagai presiden lantas menanyakan langsung pada SBY yang merupakan pembantunya.
"Beliau tanyakan langsung apakah Pak SBY akan maju? Oh saya akan mendukung Ibu sampai 2009, saya akan membela Bu Mega tetap jadi presiden sampai 2009. Bohong semua. Itu yang Bu Mega kecewakan," kata dia.
Sedangkan, menteri-menteri Mega lainnya seperti Yusril Ihza Mahendra, ketika ditanya apakah mau jadi presiden, wapres, mereka mengatakan siap.
"Pak Yusril mengatakan saya izin bu, saya ingin maju menjadi capres menantang Bu Mega. Beliau salut, beliau tidak merasa ditusuk dari belakang," kata Ria.
Tapi Ria menegaskan bahwa Mega tidak dendam atas peristiwa tersebut. Dan proses politik berjalan terus. Selama 10 tahun, saat SBY menjadi presiden, dia tidak pernah mengganggu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan yang hadir juga dalam acara ILC berkelakar sebaiknya Karni Ilyas menguncang secara khusus dua tokoh itu, baik Mega maupun SBY, dalam suatu kesempatan. Hal itu agar keduanya bisa berbincang-bincang, berbicara mengenai persoalan mereka secara terang benderang.
"Saya sebenarnya sulit sekali merespons ini karena jadinya seperti yang disampaikan. Mungkin yang paling tepat Presiden ILC mengundang presiden ke-5 dan ke-6 itu bercakapcakap, menjelaskan dan maka itu akan indah," kata dia.
Namun, Hinca menyampaikan selama 10 tahun berkuasa, SBY pernah mencoba memperbaiki hubungan dengan Mega dengan selalu mengundangnya pada perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus. Tapi, Mega tidak pernah datang sekalipun.