Wiranto Minta Tokoh Reformasi Tak Provokatif
- VIVA.co.id/ Dwi Royanto.
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto meminta, semua tokoh saling menahan diri untuk tak melemparkan ucapan yang cenderung provokasi.
Tanpa menyebut nama, bahkan ia menyebut, ada sejumlah tokoh reformasi yang belakangan vokal mengkritik pemerintah tanpa didasari fakta dan data.
Pernyataan itu seolah menyindir Amien Rais yang belakangan kerap mengkritik pemerintah dan baru -baru ini mengungkapkan kalimat konterversial mendikotomikan Partai Setan dan Partai Allah.
"Banyak tokoh reformasi itu, kita ayo sama-sama bangun ke sana, kita komunikasi saja. Jadi jangan menuduh macam - macam tanpa suatu referensi benar karena itu bisa dibicarakan," ujar Wiranto di Jakarta, Rabu 18 April 2018.
Ia mengajak, para tokoh reformasi yang saat itu mendengungkan perubahan jangan terus memperlihatkan egoisme.
Wiranto yang saat transisi rezim Orde Baru menuju era reformasi menjabat Panglima ABRI, melihat dengan semangat persatuan maka pembangunan ekonomi bakal terwujud.
Ia mengajak semua komponen bangsa duduk bersama tanpa perlu memperkeruh suasana di tahun politik. "Karena itu teman- teman para tokoh yang dulu ikut mempelopori reformasi. Ayo sadar lah bahwa kita-kita ini harus menjaga reformasi tetap berjalan. Jangan kemudian menampilkan ego sentrisnya yang membuat kondisi menjadi tidak harmonis," ujarnya menegaskan.
Sebelumnya, Amien yang juga Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional itu kembali menjadi sorotan publik lantaran melontarkan istilah partai Allah dan partai setan dalam sebuah acara kegiatan keagamaan di Mampang, Jakarta Selatan.
Tak ada yang tahu apa maksud Amien melontarkan istilah itu, apakah terkait mulai memanasnya suhu politik jelang pemilu, atau sekadar ucapan biasa.
Dalam ucapannya, Amien mengategorikan Partai Keadilan Sejahtera, PAN, dan Partai Gerindra, termasuk Partai Allah.
Atas ucapannya tersebut, saat ini nama Amien hangat diperbincangkan di lini sosial media. Banyak yang mengecam dan memberi komentar miring terhadap apa yang diucapkannya. (mus)