PPP: Hati Jadi Penentu Cawapres untuk Jokowi
- Dok. PPP
VIVA - Siapa calon wakil presiden untuk Joko Widodo dalam Pilpres 2019 masih menjadi pertanyaan. Sejumlah nama terus bermunculan dari Muhaimin Iskandar, Muhammad Romahurmuziy, sampai Agus Harimurti Yudhoyono.
Dalam konteks cawapres ini, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy menyodorkan suatu konsep. Setidaknya ada lima poin.
"Soal cawapres, pandangan PPP didasarkan pada analisa kebutuhan (need assessment) Pak Jokowi. Ke depan, dalam pandangan kami beliau memerlukan figur sebagai berikut," kata Romi dalam siaran persnya, Senin, 12 Maret 2018.
Pertama, kata Romi, Jokowi butuh figur yang mampu mengawal narasi besar NKRI yang dibangun atas nasionalisme dan agama, di mana hubungan agama dan kekuasaan berjalan seiring dan seimbang.
"Sejak Bung Karno-Bung Hatta, kepemimpinan nasional selalu merefleksikan 2 narasi besar ini. Di era reformasi, ada Gus Dur-Mega, Mega-Hamzah, SBY-JK dan Jkw-JK. Itu menunjukkan bahwa dwi tunggal narasi ini tak terpisahkan," kata Romi.
Kedua, lanjut Romi, Jokowi butuh figur agamis yang mampu mengurangi ujaran kebencian bernuansa SARA, karena lawan-lawan politiknya masih selalu melabeli Jokowi dengan merek "anti Islam, pro komunis dan pro-RRC". Menurutnya, figur se-agamis apa pun memang tidak akan serta-merta menghilangkan ujaran kebencian, tapi setidaknya kalau figurnya agamis, akan mengurangi.
"Syaratnya satu: bahwa figur pendamping beliau tersebut memang memiliki nuansa agamis yang asli dan kuat. Jangan figur non-agamis yang diagamiskan," kata dia.
Kemudian ketiga, Jokowi perlu figur yang memahami kaum milenial. Mengingat 39 persen pemilih pada 2019 berusia di bawah 40 tahun.
"Cawapres dari kalangan muda menjadi sangat diperlukan karena mereka memiliki selera, gimmick dan gaya komunikasi yang berbeda dengan generasi baby boomers," ujar Romi.
Keempat, menurut Romi, Jokowi perlu figur yang memiliki pengalaman dan kompetensi intelektual menghadapi disrupsi ekonomi, transformasi digital dan persaingan di era Revolusi Industri 4.0. Figur populis belaka namun nir kapasitas, kata Romi, akan menjadi persoalan jika nantinya terpilih.
"Maka pengalaman intelektual mengelola jabatan publik baik di eksekutif atau legislatif menjadi perlu," tuturnya.
Kelima, Jokowi perlu figur yang dapat memberi sumbangan elektabilitas. Meskipun hal terakhir ini tidak mutlak. Mengingat, pertama, elektabilitas Jokowi yang sudah cukup tinggi. Dan kedua, mesin partai-partai pengusung yang cukup banyak meniscayakan pergerakan lapangan lebih leluasa.
"Di atas segala kebutuhan tersebut, yang terpenting adalah Pak Jokowi mesti diwakili orang yang secara chemistry beliau merasa nyaman dan bisa mengikuti irama kerja beliau. Nah, yang terakhir ini sudah soal nasib. Karena bisa diterima atau tidak, adalah soal hati. Betapapun ia memenuhi kriteria, kalau Pak Jokowi enggak sehati, bagaimana bisa mendampingi? Maka saya sebut, dalam pandangan PPP, ada 5 syarat dan 1 hati," demikian Romahurmuziy. (ase)