Romahurmuziy Prediksi Hanya Dua Capres di Pemilu 2019
- Dok. PPP
VIVA – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M. Romahurmuziy menilai wacana poros ketiga dalam Pemilihan Presiden 2019 sulit terealisasi. Menurutnya, hal tersebut terlihat dari komposisi kursi partai politik di DPR RI.
"Poros ketiga hari ini sulit terbentuk, mengingat lima (parpol di DPR) sudah pasti ke Pak Jokowi. Lima sudah mendeklarasikan. Lima parpol ini mewakili 55 persen kursi (DPR)," kata Romi di IPDN, Jatinangor, Jawa Barat, Kamis, 8 Maret 2018.
Romi menegaskan PPP tetap konsisten mendukung Jokowi sebagai calon presiden. Hal ini menyesuaikan keputusan Mukernas PPP.
"Kami sudah resmi memutuskan mendukung Pak Jokowi. Sekarang tinggal bagaimana memperkuat, mensosialisasikan Pak Jokowi di seluruh basis PPP," tutur Anggota Komisi XI DPR tersebut.
Dengan kondisi politik saat ini, ia memprediksi masih sulit berubah dan memunculkan poros ketiga. Menurutnya, lebih rasional bila ada dua poros yang menguat saat ini yaitu poros partai pendukung pemerintah dan oposisi yang dibangun Partai Gerindra.
"Hanya akan ada dua pasangan dan besar kemungkinan mengulang final 2014 kemarin," ujarnya.
Namun, kemungkinan poros ketiga muncul menurut Romi bila dimulai Partai Demokrat. Tapi, sejauh ini, ia belum melihat hal tersebut.
"Nah, kalau sinyal dari Demokrat seperti akan mengundang Pak Jokowi besok di Rapimnas mereka, itu seperti menunjukkan Demokrat tidak akan membangun poros sendiri. Poros ketiga," paparnya.
Perbaikan Partai
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP PPP Arsul Sani menekankan partainya tak mau ngotot mendorong kadernya menjadi cawapres Joko Widodo. Menurut dia, partainya hanya fokus membenahi internal setelah dirundung konflik dualisme kepengurusan.
"Jadi posisi kami memperbaiki partai, bukan rebutan cawapres," kata Arsul di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 8 Maret 2018.
Meski demikian, Arsul mengakui, adanya dorongan terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy menjadi calon wakil presiden Jokowi.
Ia menegaskan bahwa partai berlambang kabah itu setidaknya mengambil sikap sejak awal tidak cawe-cawe dalam urusan cawapres.
Menurut dia, menjelang pendaftaran calon presiden dan wakilnya Agustus nanti, koalisi partai diberi ruang mengajukan syarat untuk pendamping Jokowi.
"PPP tahu diri jabatan itu tidak usahlah dikejar-kejar, apalagi dalam keadaan tiga tahun seperti ini," kata dia. (ase)