Kapolri Ingatkan Anak Buah Waspada Teroris 'Lone Wolf'

Ilustrasi anggota Brimob
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengamanatkan kepada seluruh jajarannya untuk terus meningkatkan kewaspadaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2018. Jelang perayaan Natal, Tito meminta penjagaan di setiap rumah ibadah diperketat.

Tito mengatakan hal tersebut bukan tanpa alasan. Dalam kondisi menjelang natal pihaknya mewaspadai aksi terorisme, dan tempat-tempat yang rawan dijadikan sasaran aksi terorisme adalah tempat ibadah.

"Jadi karena itu kita juga memperkuat pengamanan tempat yang diduga potensi serangan, misal tempat ibadah, akan diperkuat pengamanannya," kata Tito usai Apel Operasi Lilin di Silang Monas, Jakarta Kamis 21 Desember 2017.

Menurut Tito, pihaknya tidak sendirian dalam melakukan pengamanan. Tapi ada unsur lainnya juga yang dilibatkan seperti TNI, Satuan Polisi Pamong Praja, dan ada juga keterlibatan organisasi masyarakat dan sukarelawan lainnya.

"Dilibatkan unsur TNI Polri, Pemda dan kemudian juga anggota masyarakat, volunteer seperti GP Anshor, NU yang juga banyak ikut amankan gereja," ujarnya.

Kendati data dan informasi intelijen Polri saat ini belum mendeteksi ada indikasi ancaman teroris, namun Kapolri tetap meminta jajaran Polri wajib mewaspadai potensi serangan-serangan kelompok teroris.
 
"Belum ada rencana ancaman serangan teror baik melalui jaringan intelijen yang kita dengar, ataupun dari kelompok teroris yang kita awasi itu belum ada. Namun tetap harus waspada," kata Tito.

Tito mengatakan, Indonesia pernah memiliki pengalaman terkait terorisme. Pelaku teror itu kerap menggunakan cara-cara tertutup dan rahasia untuk mengorganisir aksi, memanfaatkan kelemahan aparat. Oleh sebab itu, kata Tito, tidak ada alasan untuk mengendurkan pengamanan, apalagi jelang Natal dan Tahun Baru 2018.

"Pengalaman kita ada hal-hal yang sudah kita monitor yaitu kelompok-kelompok tertentu yang menggunakan cara berinteraksinya sangat-sangat secret sekali, ditambah dengan kelompok lone wolf," ujar mantan Kepala BNPT ini.

Waspada Teroris 'Lone Wolf'

Menurutnya, kelompok teroris 'lone wolf' ini memang sangat sulit dideteksi. Mereka adalah orang-orang yang menjadi radikal dan bergerak secara mandiri melakukan aksi teror. Dengan pengetahuan teror seadanya melalui internet, mereka memulai aksinya secara spontan.

"Bayangkan Amerika, Inggris, Prancis itu semua bobol dengan lone wolf. Lone wolf adalah mereka yang menonton internet, membaca internet, setelah itu menjadi radikal. Cara membuat bom juga dari internet. Ini tidak bisa dideteksi. Begitu dilakukan serangan baru bisa kita tangkap," terang Tito.

Untuk mengatasi hal ini, Tito akan memperkuat Patroli Siber. Selain itu, ia akan mengembangkan setiap informasi yang didapat dari informan dan para sukarelawan. "Jadi para jurnalis yang memiliki follower banyak, itu kita minta juga ikut aktif untuk memonitor mereka," tegasnya.

Tito menambahkan, lahirnya pelaku teroris kelompok 'lone wolf' tidak bisa dianggap remeh. Karena mereka bergerak sendiri-sendiri dan sangat tertutup. "Yang lebih sulit dideteksi seperti peristiwa Eropa dan Amerika itu banyak lone wolf. Terakhir Manhattan, serangan itu juga lone wolf," imbuhnya. (one)