Ketika Warga Karangasem Cuek Meski Gunung Agung Meletus
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Gunung Agung meletus pada Selasa lalu, 21 November 2017 pukul 17.05 WITA. Tipe letusan freatik itu melontarkan abu vulkanik dari dalam perut gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut. Di beberapa daerah di Kabupaten Karangasem, daerah di mana Gunung Agung berdiri kokoh, warga sempat merasakan hujan abu.
Namun rupanya, hal itu tak membuat sejumlah warga menghindari zona bahaya. Kapolres Karangasem, Ajun Komisaris Besar I Wayan Gede Ardana menuturkan, masih ada sejumlah warga yang nekat bertahan di kediamannya masing-masing di zona bahaya meski diguyur hujan abu.
"Ada yang masih bertahan. Tapi mayoritas mereka sudah mengungsi. Kami masih terus melakukan pendataan warga yang masih bertahan di rumahnya yang masuk zona bahaya," kata Ardana saat dihubungi VIVA, Kamis, 23 November 2017.
Sebagian besar warga, kata Ardana, telah mengungsi secara mandiri begitu Gunung Agung erupsi. "Warga sebagian besar sudah mulai sadar bencana. Mereka sudah mengungsi secara mandiri ketika terjadi letusan freatik,” terangnya.
Ardana mengimbau warga tetap mengungsi meski Gunung Agung belum memuntahkan lahar, awan panas dan material lainnya yang merupakan letusan magmatik. "Letusannya memang masih freatik, bukan magmatik. Tapi kita tetap mengimbau warga untuk mengungsi, utamanya yang berada di KRB (Kawasan Rawan Bencana) II," imbaunya.
Pada letusan freatik Gunung Agung, sejumlah warga di Kabupaten Karangasem melaporkan adanya hujan abu. Abu vulkanik yang dilontarkan oleh Gunung Agung itu kini telah diteliti oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di laboratorium di Yogyakarta.
Tujuannya untuk memastikan apakah material abu vulkanik itu berasal dari batuan samping ataukah material magma yang terkandung di perut Gunung Agung. (ase)