Bakar Kantor Polisi, Strategi Baru Teroris
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah
VIVA – Aksi pembakaran Mapolres Dharmasraya, Sumatera Barat, Minggu, 12 November 2017, oleh terduga kelompok teroris, diyakini adalah bentuk serangan atau strategi baru terhadap institusi Polri.
Menurut pengamat terorisme, Al Chaidar, pelakunya diduga kuat masih berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS. "Pembakaran kantor Polres Dharmasraya di Sumatera Barat oleh kelompok teroris Abu Korbili adalah tindakan atau strategi baru. Itu merupakan improvisasi dari mereka," kata Al Chaidar, Selasa, 14 November 2017.
Kelompok ini, menurut Chaidar, sudah lama mempersiapkan anak panah, golok, sangkur pisau dan sebagainya untuk melakukan penyerangan secara kecil seperti yang selama ini terjadi.
"Tapi improvisasi, kemudian adalah membakar kantor polisi, itu merupakan strategi baru. Ini semacam wabah mental yang sedang menyebar di wilayah Sumatera. Di mana-mana terjadi pembakaran. Misalnya, orang kecewa sedikit membakar kampus, kecewa sedikit membakar madrasah, rumah dan sebagainya, dan itu sudah mewabah,” ujarnya menjelaskan.
Menurut dia, api itu simbol kemarahan, simbol balas dendam, simbol kebencian. Sehingga, kata Chaidar, ekspresi kebencian ini mereka tumpahkan cara-cara seperti itu. "Dan kelompok ini kelompok baru, yaitu jemaah Ansaru Khilafah dan itu beraviliasi dengan ISIS.”
Untuk Sumatera, kata Chaidar, jemaah Ansaru Khilafah itu adalah JAK Nusantara. Sedangkan di wilayah Indonesia timur adalah JAK Basrik. "Kebanyakan di ajaran mereka itu berafiliasi dekat dengan Marawi, dengan Mindanau," katanya.
Aksi penyerangan dengan cara membakar kantor polisi ini, lanjut Al Chaidar, dikhawatirkan bakal ditiru oleh kelompok teroris lainnya.
"Membakar adalah strategi baru dan itu akan dicontoh oleh JAK dan JAD lainnya yang ada di Indonesia. Sasaran tetap polisi, sebab dalam fikih mereka, ideologi mereka yang mereka gambarkan ataupun difatwakan togut itu adalah polisi." (mus)