Keluarga Imigran yang Hidup di Kios Mi Diusir dari Semarang
VIVA – Penderitaan satu keluarga imigran pencari suaka asal Afganistan yang ditolak Rumah Detensi Imigrasi Semarang, Jawa Tengah, rupanya tak cukup sampai hidup menggelandang selama satu pekan hari di warung mi ayam saja.
Kini, dengan alasan kelebihan daya tampung, Rudenim Semarang, tega mengerahkan petugas keamanannya untuk mengusir paksa keluarga itu dari warung mi ayam yang berada di depan kantor Rudenim Semarang.
Pengusiran itu berlangsung dramatis, petugas mengangkut paksa barang milik keluarga pasangan Muhammad Husein (33), Qudsiah (30) dari warung tempat mereka tinggal dan memasukkannya ke mobil.
Qudsiah tak henti-hentinya menangis, apalagi saat petugas menggiring ketiga anaknya, Ali Khisoh (9), Ahmad (7) serta Ilyas (3) ke dalam mobil petugas.
Warga sekitar lokasi pun banyak yang terharu dengan nasib satu keluarga asal Kota Ghazni, Afganistan Timur. Terutama mereka yang selalu menyisihkan rezeki dan makanan untuk diberikan kepada keluarga ini.
Qudsiah mengatakan, dia dan keluarganya tidak berniat menggelandang. Tapi itu terpaksa dilakukan karena Kantor Rudenim menolak menampung mereka dan tak memberikan bantuan apa pun kepada keluarga ini.
"Saya ingin masuk ke dalam, tetapi ditolak sama pengelola kantor Rudenim. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi, " ujar dia sembari memeluk seorang perempuan warga sekitar.
Sementara itu, menurut Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Semarang, Dwi Alfa Novando mengatakan, sesuai perintah atasannya di Rudenim Semarang, keluarga ini harus dikirim lagi ke tempat mereka bermukim sebelumnya di Bogor.
"Ini solusi terbaik bagi mereka. Perintah pimpinan mereka kita kirim ke Bogor. Kita antarkan ke terminal dan biayai ke komunitas mereka, " kata Dwi Alfa Novando, Selasa, 7 November 2017.
Dwi menuturkan, Rudenim Semarang tak bisa lagi menampung imigran karena keterbatasan daya tampung. Saat ini, Rudenim Semarang menampung 140 orang. Padahal daya tampungnya hanya 60 orang.
"Maka kami hanya bisa pasrah dan tegas. Kalau kita terima mereka nanti malah datang imigran lain. Dinsos Provinsi juga sepakat memulangkan mereka, " katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama sepekan sejak 30 Oktober 2017, Qudsiah bersama suami dan ketiga anaknya hidup terlunta-lunta di sebuah warung mi ayam, tepat di depan kantor Rudenim. Saat warung itu buka, mereka terpaksa menepi pada bangunan tembok di depannya.
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Qudsiah hanya mengandalkan belas kasih warga setempat. Salah satu warga yang kerap memberi mereka makanan adalah Ibu Jaelani yang tinggal di RW 06 Perumnas Krapyak.
"Saya berharap mereka bisa segera dapat tempat baru yang manusiawi. Kasihan melihat mereka hidup kesusahan di pinggir jalan, " ujar Ibu Jaelani. (hd)
Baca: Kisah Satu Keluarga Asal Afganistan Tinggal di Warung Mie