Kisruh Bireuen Aceh, Warga Bakar Tiang Pancang Masjid
- Pixabay
VIVA – Ratusan orang melakukan tindakan anarki dengan membakar pondok pekerja bangunan dan tiang pondasi masjid Muhammadiyah di Desa Sangso, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Aksi massa ini terjadi Selasa malam, 17 Oktober 2017, sekira pukul 20.00 WIB. "Kasus pembakaran telah ditangani oleh Polres Bireuen guna dilakukan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut," kata Kapolres Bireuen AKBP Riza Yulianto, Rabu, 18 Oktober 2017.
Riza tak merinci motif dan penyebab aksi pembakaran tiang masjid milik Muhammadiyah tersebut. Namun ia menyebut bahwa kisruh itu telah ada sejak enam bulan lalu dan sudah diupayakan mediasi.
"Sudah sembilan kali pertemuan untuk upaya penyelesaiannya," ujar Riza.
Sementara itu, Ketua Pemuda Muhammadiyah Aceh Munawar Syah mengutuk aksi pembakaran itu, karena telah mencederai ukhuwah internal umat Islam.
Menurutnya, tindakan tersebut dilakukan oleh orang-orang intoleran dan krisis akhlak yang tega merusak dan membakar tiang-tiang masjid rumah Allah dan balai pengajian saudara muslimnya.
"Kita meminta pihak keamanan mengusut dan menindak para pelanggar hukum ini," kata Munawar dalam pesan tertulisnya.
Dikatakannya, rencana dan proses pembangunan masjid itu sudah sejak tiga tahun lalu, dimulai dengan pembebasan tanah 2.700 meter persegi, secara wakaf tunai oleh jemaah pengajian dan warga Muhammadiyah Samalanga dan Kabupaten Bireun.
Pengurusan sertifikat tanah atas nama Persyarikatan Muhammadiyah, pengurusan IMB, pembuatan talut dan jalan menuju lokasi lahan masjid, pembersihan lahan, sampai pembuatan arah kiblat oleh Kemenag Bireuen pun sudah dilakukan.
Selama proses itu, kata dia, tidak terjadi masalah apa pun. Hanya saja, penghalangan dan penentangan mulai tampak ketika akan dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada saat Idul Adha lalu, ada kelompok yang menentang dan menghalangi pembangunan masjid.
Atas peristiwa itu, Munawar mengimbau Angkatan Muda Muhammadiyah Bireun dan warga lainnya untuk tetap bersabar, tenang dan selalu mengedepankan penyelesaian peristiwa pembakaran ini secara bermartabat.
"Kita juga tidak bisa membiarkan kesewenang-wenangan ini, tetapi kita tetap dapat santun menyelesaikan dengan mengedepankan ukhuwah," ujarnya. (ase)