Aspal Plastik Siap Diterapkan di Banten
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Aspal plastik yang telah diuji coba di Bali diyakini siap diterapkan di Banten. Mengingat infrastruktur jalanan di provinsi paling barat Pulau Jawa ini masih tertinggal dari daerah lainnya.
Kesiapan penerapan aspal plastik dikatakan oleh sejumlah pengusaha kontraktor di Banten, seperti Eko Susilo, sebagai Dirut PT Ligar Corp. Ia menjelaskan bahwa sepengetahuan dirinya, aspal plastik dapat memangkas biaya produksi, sehingga lebih menghemat anggaran pemerintah dalam membangun infrastruktur di Indonesia.
"Sangat siap, harganya belum ketahuan. Tapi diperkirakan akan mengurangi biaya konstruksi. Kalau hotmix, kena air menggenang akan terkelupas," kata Eko saat ditemui di kantor nya di Kota Serang, Jumat, 13 Oktober 2017.
Hal senada pun disampaikan oleh Dimas Kusuma, Dirut PT Prodigi. Ia menjelaskan kalau aspal berbahan daur ulang plastik akan lebih awet karena mampu menyerap air.
"Itu pasti jauh lebih awet, karena itu menyerap air. Ini kan juga baru pengujian, belum disahkan sama lembaga pengujian nasional. Kalau disahkan, siap dipakai di Banten," kata Dimas.
Manfaat dalam peenerapan aspal plastik pun diamini oleh pengusaha jalan lainnya, Dodi Aryadi dari PT Karya Inti Sukses Sejahtera (KISS). Menurutnya, hal itu dapat menghemat anggaran pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di Indonesia.
"Di Banten belum diterapkan. Sangat bisa seharusnya. Enggak ada alasan untuk enggak dipakai. Cakep itu, harusnya segera dilaksanakan, kalau lulus uji coba," ucap Dodi.
Pengembangan Aspal Plastik
Perlu diketahui bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kini tengah mengembangkan aspal berbahan plastik guna mengurangi penumpukkan sampah plastik.
Pengerasan infrastruktur jalan berupa aspal plastik telah dilakukan uji coba di area Universitas Udayana, Bali, dan Jalan Raya Sri Ratu Mahendradatta, pada 28-29 Juli 2017, dengan menggandeng Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Uji coba terhadap jalan dengan total panjang 700 meter ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan, dan seberapa kuat daya rekat aspal plastik.
Dana yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter tersebut sekitar Rp600 juta untuk satu kali lapisan dengan ketebalan empat sentimeter. Biaya ini diklaim jauh lebih murah dengan tingkat stabilitas 40 persen lebih tinggi dibanding aspal tanpa plastik.
Pasalnya, jalan dengan aspal tanpa plastik harus dilapisi berulang untuk mencapai stabilitas memadai. Setelah uji coba, Balitbang akan melakukan pengamatan secara transversal dan longitudinal.
Selain di Bali, Balitbang Kementerian PUPR juga akan melakukan uji coba di jalan nasional di wilayah Bekasi, yakni Jalan Raya Bekasi-Cikarang pada pertengahan Agustus 2017. Panjang jalannya sekitar dua kilometer dengan lebar 14 meter. Biaya yang dibutuhkan senilai Rp 1,5 miliar.
Selain itu, lingkup Istana Negara Jakarta juga rencaannya akan dilakukan pengaspalan berbahan plastik.
Balitbang juga akan memberikan rekomendasi yang diterbitkan pada September-Oktober 2017 terkait masalah teknis, dan ketersediaan bahan baku.
Secara nasional, limbah tak terurai hingga tahun 2019 diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah di Indonesia. Limbah plastik yang ada di Indonesia diprediksi bisa untuk membangun jalan sepanjang 190 ribu kilometer.
Estimasi ini berdasarkan asumsi plastik yang digunakan sebanyak dua hingga lima ton untuk setiap satu kilometer jalan. Di mana pemerintah sendiri mempunyai rencana aksi nasional mengurangi limbah plastik hingga 70 persen di tahun 2025 mendatang.