Staf Presiden Sebut Rusuh di Kemendagri karena Budaya
- VIVA.co.id/ Agus Rahmat.
VIVA.co.id - Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lennis Kogoya, menilai rusuh yang terjadi di Kementerian Dalam Negeri pada Rabu, 11 Oktober 2017, lebih pada persoalan budaya.
Budaya yang dimaksud Lennis bahwa orang Papua kalau ingin bertemu dengan pemerintah seperti Mendagri Tjahko Kumolo, maka harus dituruti. Sementara saat massa dari Tolikara ingin bertemu namun hanya diwakili dirjen.
"Kalau terima orang Papua sangat beda. Harus betul-betul masuk ke budaya. Di sini saja mau ketemu saya, saya arahkan ke staf saya, nggak mau," kata Lennis, di kantornya, Jalan Veteran III, Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2017.
Saat rusuh di Kemendagri, massa meminta bertemu Menteri Tjahjo. Namun tidak dipenuhi. Maka Lennis mengatakan wajar kalau warga marah karena merasa tidak ingin ditemui. "Jadi bukan direncanakan, spontan," lanjut Lennis.
Pengalaman dia selama menjadi staf khusus Presiden Jokowi, sangat banyak yang datang. Bahkan sampai harus antre dan bermalam-malam. Tapi itulah budayanya. "Udah puas, baru mau pulang," lanjut Lennis.
Maka seharusnya, menurut Lennis, lebih baik ditemui dan diberi penjelasan. Dia yakin, setelah semua dijelaskan maka tidak akan terjadi aksi-aksi kekerasan seperti beberapa waktu lalu.
"Pokoknya kasih jelaskan saja apapun yang terjadi. Masyarakat itu kan kita punya pemerintah yang sifatnya pelayan. Coba ditanya di sini orang ramai kayak apa. Sampai malam pun saya layani," katanya.