Wiranto: Impor Senjata Polri Tak Ganggu Keamanan Negara
- Istimewa
VIVA.co.id – Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto memastikan keamanan nasional tidak terganggu dengan adanya masalah impor senjata api untuk Kepolisian Republik Indonesia yang tertahan di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Bahkan, Wiranto menjamin masalah ini akan segera tuntas, setelah dia membahasnya bersama Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian.
"Saya jamin adalah masalah internal ini kita selesaikan dan tidak mengganggu keamanan nasional," kata Wiranto usai mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 1 Oktober 2017.
Menurut Wiranto, permasalahan pengadaan senjata api untuk Polri tidak akan memicu permasalahan dengan TNI. Karena pada dasarnya kedua institusi itu pernah berada dalam satu tubuh, yakni Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI.
Dan persenjataan kedua institusi ini pun berbeda jenis. Polisi hanya memiliki senjata untuk mendukung tugasnya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sementara TNI, dibekali senjata untuk membunuh musuh.
"Dua institusi itu (TNI Polri) dulu kan satu. Saat saya Panglima ABRI dulu. Kita pisahkan. Karena polisi profesionalitasnya Kamtibmas pelindung dan pengayom masyarakat. Sedangkan TNI bagaimana kita mencari dan membunuh lawan. Persenjataannya juga beda. Ini yang kita koordinasikan. Lalu polisi punya brimob yang dulu dilibatkan. Nanti kita selesaikan saya jamin enggak ada gangguan Nasional," ujarnya.
Senjata impor untuk Polri tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, pada Jumat malam, 29 September 2017.
Senjata dan amunisi yang tiba sekira pukul 23.30 WIB. Senjata diimpor PT Mustika Duta Mas dengan menggunakan pesawat charter model Antonov AN-12 TB dengan Maskapai Ukraine Air Alliance UKL-4024 dan akan didistribusikan ke Korps Brimob Polri.
Kabar yang tersiar itu pun sempat dipertanyakan banyak pihak. Terkait hal ini, polisi tak menampik jika senjata-senjata tersebut merupakan milik Polri. Senjata tersebut dikatakan sedianya untuk kebutuhan Korps Brimob.
Senjata yang diimpor Polri itu di antaranya berjenis, Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40 x 46 milimeter sebanyak 280 pucuk. Senjata dikemas dalam 28 boks (10 pucuk/boks), dengan berat total 2.212 kilogram.
Lalu, amunition castior 40mm, 40x 46mm round RLV-HEFJ dengan fragmentasi eksplosif tinggi Jump Grenade. Itu dikemas dalam 70 boks (84 butir/boks) dan 1 boks (52 butir). Total ada 5.932 butir (71 boks) dengan berat 2.829 kg.