Terapi Alami Menteri Yohana, Lihat Laut dari Anjungan Kapal

Menteri PPPA, Yohana Yambesi, di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA.co.id – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, sejak kecil tidak asing dengan laut. Kala masih mahasiswa tahun 1980-an, perempuan asli Manokwari, Papua, itu biasa melihat segara saat bepergian ke luar pulau dengan kapal laut.

Adalah wajar ketika Yohana santai-santai saja saat seharian mengisi seminar tentang pekerja perempuan di bidang transportasi di atas kapal penumpang, yang dua hari merayapi permukaan air laut dari Jakarta sampai Surabaya, Jawa Timur.  

Kapal Umsini yang dinaikinya melepas jangkar dari pelabuhan di Jakarta pada Rabu, 6 September 2017. Kapal merapat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Kamis sore, 7 September 2017. Turun melalui tangga kapal, ia melambaikan tangan sembari tersenyum kepada orang-orang yang menyambut di Terminal Gapura Surya Nusantara.

Wajah Yohana terlihat ceria. "(Naik kapal laut) Terapi alami. Sebelum jadi menteri dulu senang naik kapal, senang lihat laut," katanya ditanya wartawan soal kesannya dua hari berada di atas kapal laut bersama penumpang.

Yohana mengaku, semasa masih muda dahulu, sekitar tahun 1980-an sampai 1990-an, dia kerap naik kapal untuk bepergian ke pulau seberang, termasuk ke Pulau Jawa. "Saya biasanya duduk di anjungan, di kafetarianya, sambil menikmati suasana laut," terang menteri berusia 58 tahun itu.

Karena itu, Yohana merasa bersemangat ketika mengisi seminar di atas kapal yang diinisiasi oleh pemerhati perempuan pelaut Indonesia atau Indonesian Lady Seafarers itu. Dia merasa kembali ke masa mudanya dulu.

"Karena kesibukan capek juga, kebanyakan sekarang naik pesawat. Sekarang naik kapal, saya seperti punya semangat baru," tandasnya.

Dalam seminar, Yohana mendorong tumbuhnya keseteraan perempuan di sektor transportasi. Menurutnya, keran perempuan profesional di dunia transportasi, terutama transportasi laut, masih kecil. Masih muncul kesan adanya diskriminasi bagi perempuan.

Perempuan, lanjut Yohana, juga rentan alami kekerasan, baik fisik, psikis dan seksual, saat berada di dalam angkutan darat dan laut. "Mereka meminta agar dibuatkan lembaga-lembaga untuk bagaimana semua berakhir daripada kekerasan-kekerasan itu," tandasnya.

Yohana berjanji akan meneruskan hasil diskusi di seminar tersebut kepada Presiden Joko Widodo nanti. "Kami akan melanjutkan deklarasi-deklarasi yang dibuat itu kepada Bapak Presiden dan ditembuskan ke lembaga-lembaga terkait, yang berhubungan dengan masalah perempuan dan transportasi," katanya. (ren)