Akhir Kiprah Tukang Palak Bergolok di Gunung Guntur
- Repro Instagram
VIVA.co.id – Sepak terjang Solihin alias Robi sebagai tukang palak bergolok tampaknya bisa diakhiri. Dia kerap muncul mencegat dan memalak para pendaki Gunung Guntur, tepatnya di jalur pendakian Citiis, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.
Warga Kampung Babakan Jambe, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler, tak bisa lagi memaksa pendaki memberikan uang kepada, setelah petugas Polsek Tarogong Kaler, meringkusnya dari rumahnya, Kamis, 24 Agustus 2017.
Solihin bukan baru sekali dua kali beraksi di tengah hutan, tapi perbuatan mencegat dan memalak uang para pendaki sudah dilakukannya sejak lebih dari setahun lalu.
"Jadi berdasarkan pengakuan maupun laporan sebelumnya, pelaku ini sudah melakukan aksi pemalakan sudah lebih dari setahun," kata Kepala Polsek Tarogong Kaler, Iptu Tito Bintoro.
Selama beraksi, Solihin selalu membawa sebilah golok dan sebuah sekop. Dan berdasarkan keterangan pendaki yang pernah menjadi korban kejahatannya, pria itu selalu mengancam pendaki yang akan dipalaknya.
Bahkan, Solihin tak segan-segan memarahi dan menarik tubuh pendaki yang tak mau memberikan uang kepadanya.
" Saat kami tiba di situ, dia sudah menghadang beberapa orang. Mereka mengalami hal yang sama. Bapak itu pakai baju merah bawa senjata tajam, golok dan sekop. Dia teriak-teriak dan marah. Dan narik-narik pendaki, enggak cuma laki-laki, perempuan jika ditarik," kata Eno Pita Azhar, pendaki wanita asal Jakarta, bercerita kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon.
Selama ini, Solihin hanya beraksi di jalur pendakian Blok Citiis. Eno menuturkan, saat dia dan enam teman pendakiannya dicegat, Solihin beraksi di jalur antara basecamp pendakian menuju pos satu.
Sehari Solihin Kantongi Rp600 ribu
***
FOTO: Solihin saat diperiksa petugas di Polsek Tarogong Kaler, Garut.
Berdasarkan pengakuan Solihin, selama ini dia beraksi seorang diri saja. Dan tidak setiap hari dia melakukan pencegatan dan pemalakan ke pendaki.
Solihin hanya muncul di hari-hari tertentu, yakni di hari akhir pekan seperti Jumat, Sabtu dan Minggu. Karena, pendakian menuju puncak Guntur di ketinggian 2.249 meter dari permukaan laut (MDPL) hanya ramai di hari libur saja.
Seperti yang dialami Eno dan rombongannya, mereka juga dicegat Solihin pada Sabtu pagi, 19 Agustus 2017.
Meski melakukan tindak kejahatan di tengah hutan, tapi penghasilan yang didapatkan Solihin cukup besar nilainya.
Kepada petugas kepolisian yang memeriksanya, Solihin mengaku bisa mendapatkan uang Rp600 ribu dalam sehari memalak pendaki. Dan jika sedang sepi, Dia masih bisa mendapatkan uang Rp200 ribu sehari.
"Jadi ini cukup besar, hasilnya sendiri dia makan sendiri, pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, " kata Iptu Tito Bintoro di Markas Polsek Tarogong Kaler.
Sementara itu, Eno menuturkan, saat Solihin mencegat rombongan pendakiannya. Solihin meminta uang sebesar Rp2500 per-orang atau Rp15 ribu per-kelompok.
"Setiap orang yang lewat harus 2500 rupiah per-orang. Alasannya untuk perbaikan jalan. Saat dihadang sudah ada satu rombongan juga dan memberikan 15 ribu rupiah," ujar Eno.
***
FOTO: Eno saat berada di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat.
Kasus ini baru terbongkar dan petugas kepolisian akhirnya menangkap Solihin, setelah Eno merekam sebuah video detik-detik saat dia dan rombongan pendakinya dicegat dan dipalak Solihin.
Berdasarkan rekaman video yang dikirimkan Eno ke VIVA.co.id, saat mencegat pendaki di jalur, Solihin mengenakan baju kaus berwarna merah. Di pinggangnya terselip sebilah golok.
Terlihat Solihin itu sedang mencegat rombongan pendaki yang berjalan bersama rombongan Eno. Solihin berusaha menarik seorang pendaki dan meminta uang sambil marah-marah.
Bahkan, Solihin memepetkan tubuhnya ke badan pendaki yang dicegat. Karena pendaki itu tak mau memberikan sejumlah uang yang diminta.
Dalam rekaman, rombongan Eno terlihat tetap melaju meninggalkan pria itu tanpa memberikan uang yang diminta. Sebab, menurut Eno, saat dia melakukan pendakian, pihak pengelola Gunung Guntur sedang tidak memungut biaya Surat Izin Memasuki wilayah Konservasi (SIMAKSI). "Sedang gratis selama bulan Agustus, Kami naik dari jalur pendakian Citiis," katanya.
Lihat video berikut atau klik ini:
(ren)