KH Said Aqil: Khilafah Bukan Ideologi Santri Nusantara

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui, Rabithah Ma’ahid Islamiyah PBNU, menggelar Grand Launching sekaligus pengumuman logo baru Hari Santri Nasional (HSN) 2017. Menurut Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, peluncuran ini merupakan momentum pengakuan negara atas sejarah peran santri, yang telah berkontribusi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, santri adalah kelompok mandiri sejak dari masa menempuh pendidikan di pesantren," kata Said Aqil di Kantor PBNU, Kamis 10 Agustus 2017.

Dengan mengambil tema 'Santri Mandiri, NKRI Hebat' di HSN 2017 ini, PBNU ingin menegaskan bahwa dengan kemandirian, para santri baik secara lahir (ekonomi) maupun batin (mental), mereka dianggap telah siap dalam mengukuhkan diri sebagai kualitas orang Indonesia sebenarnya.

"Menjadi santri Indonesia sama dengan ikhlas memperjuangkan eksistensinya hingga titik darah penghabisan. Santri tidak mengenal rumus anti-Pancasila. Karena itu, tema momen HSN 2017 ini penegasan bahwa ideologi khilafah bukanlah santri nusantara, apa pun profesinya," ujar Said Aqil.

Dia menuturkan, PBNU telah menegaskan hendaknya para santri dapat menjalani hidup mandiri tanpa mengeluh, menuntut, atau bersikap 'ngeyel' dengan menyebar kebencian kepada negara.

Oleh karenanya, lanjut Said Aqil, seluruh santri di Indonesia harus menjaga kerukunan NKRI, dan toleransi antar kelompok, suku, dan antar pemeluk agama.

"Mereka harus selalu merasa wajib menjadi penjaga rumah besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keberagaman yang menjadi isi rumah itu sendiri mulai dari kelompok etnis, suku, RAS dan pemeluk agama lain," ujarnya.

Pantauan VIVA.co.id, selain Saiq Aqil Siradj, acara ini juga dihadiri Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin, dan sejumlah pengurus lainnya. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, yang sebelumnya dijadwalkan untuk hadir, ternyata urung datang dengan alasan kondisi kesehatan tidak memungkinkan. (ren)