Pemudik dari Surabaya ke Jateng Mulai Ramai
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Volume kendaraan dari Surabaya menuju ke arah Kabupaten Ngawi dan Jawa Tengah mulai ramai pada satu hari sebelum Idul Fitri (H-1), Sabtu, 24 Juni 2017. Itu berbeda dari kondisi lalu lintas sehari sebelumnya yang tampak lengang. Meski padat, tidak sampai menimbulkan kemacetan.
Berdasarkan pengamatan VIVA.co.id dari By Pass Krian dan Jalan Raya Trosobo, Kabupaten Sidoarjo, sekira pukul 06.00 WIB, kendaraan roda empat dan roda dua tampak ramai pada lajur menuju ke arah barat atau dari Surabaya. Sementara itu, lajur dari barat ke arah Surabaya jauh lebih lengang.
Di simpang tiga masuk By Pass Krian, antrean kendaraan mengular hingga sekira 200 meter begitu lampu merah menyala. Begitu juga di perempatan By Pass Krian. Jalan arteri itu didominasi kendaraan pribadi.
Pemudik dengan sepeda motor juga masih banyak. Banyak di antara mereka berdesakan dengan barang bawaan di jok motor.
Meningkatnya volume kendaraan dari Jatim ke Jateng di hari kesatu sebelum Idul Fitri itu sesuai prediksi Direktur Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Ibnu Isticha. "Kemungkinan mulai dini hari nanti sampai pagi mulai ada peningkatan," katanya di Tuban, kemarin.
Peningkatan jumlah kendaraan yang melintas dari arah barat, Jakarta atau Jawa Tengah, ke Jatim juga diperkirakan terjadi hari ini hingga malam nanti. Hingga kemarin sore, Ibnu menjelaskan, sekira 6.000 kendaraan masuk ke Jatim dari barat. "Masuk Duduk Sampean (Gresik) pecah dan berkurang jadi 4.500-an kendaraan," ujarnya.
Dia mengatakan, secara nasional jumlah pemudik tahun ini diprediksi menurun dibanding Lebaran tahun sebelumnya. Pemudik jalur darat diperkirakan menurun hingga 12 persen dan jalur udara menurun 10 persen. "Karena itu dipastikan lancar," kata Ibnu.
Di luar masalah arus lalu lintas, prediksi penurunan jumlah pemudik tersebut membuat kekhawatiran sendiri. Bagi Ibnu, itu tanda-tanda terkikisnya budaya pulang kampung setiap Lebaran.
"Jumlah mudik gratis juga turun, enggak tahu kenapa sebabnya. Tapi jangan sampai hilang tradisi pulang ke desa itu," katanya. (art)