Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Bantu Tunanetra Mainkan Gamelan

E-Gamatuna buatan mahasiswa UGM.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Bagi penyandang tunanetra, memainkan musik gamelan sangatlah sulit karena hanya mengandalkan insting tanpa melihat alat yang dimainkan.

Namun, kesulitan penyandang tunanetra itu bisa diatasi dengan dikembangkannya E-Gamatuna. Perangkat ini membantu tunanetra dalam memainkan salah satu alat musik tradisional itu.

E-Gamelan dikembangkan oleh Fadil Fajeri (SV, Teknik Elektro), Dinar Sakti Candra Ningrum (SV, Elins), Muhammad Ali Irham (SV, Elins), Sapnah Rahmawati (SV, Ekonomi Terapan), dan Musfira Muslihat (Psikologi).

Kelimanya mengembangkan E-Gamatuna dibimbing oleh Ma’un Budiyanto, melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Gadjah Mada 2017.

Ketua Pengembang E-Gamatuna, Fadil Fajeri mengungkapkan, pengembangan perangkat elektronik ini sebagai media untuk meningkatkan eksistensi gamelan di masyarakat termasuk kalangan difabel seperti tunanetra.

Dengan alat yang dikembangkan diharapkan dapat memudahkan tunanetra dalam memainkan gamelan.

“Butuh pembelajaran ekstra bagi tunanetra untuk bisa memainkan gamelan. Namun, dengan E-Gamatuna bisa mengurangi kesulitan penyandang tunanetra untuk belajar dan memainkan gamelan denganlebih praktis,” kata Fadil di Yogyakarta, Selasa 6 Juni 2017.

Ia menyebutkan E-Gamatuna tersusun dari dua bagian utama, yaitu hardware dan software. Dilengkapi dengan sensor finger touch yang terbuat dari alumunium foil untuk memudahkan tunanetra dalam memainkan gamelan.

“Ada sensor finger touch yang jika disentuh ke grounding akan mengirimkan data ke mikrokomputer dan data yang telah diproses dikirim ke software menjadi sebuah nada,” tuturnya.

Notasi Kepatihan

Sensor nada ini dipasangkan di tujuh jari tangan, yakni 4 jari kiri dan 3 jari kanan. Mampu mengeluarkan nada dengan notasi kepatihan. Notasi kepatihan ini merupakan notasi angka dalam bahasa jawa, yaitu ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi.

Sementara itu, Sapnah menjelaskan, saat ini E-Gamatuna masih berupa prototipe dengan instrumen saron. Namun ke depan akan dikembangkan instrumen lainnya seperti demung dan peking.

Pengembangan alat musik tradisional asli Indonesia ini tidak hanya membantu penyandang tunanetra memainkan gamelan. Namun demikian, juga semakin memperluas upaya promosi kebudayaan tradisional Indonesia.

"Dengan adanya E-Gamatuna diharapkan tunanetra dapat ikut serta berkontribusi dalam mempromosikan budaya Indonesia,” ujarnya, menegaskan. (ren)