Evakuasi 16 WNI dari Marawi Tidak Bisa Cepat

Dua ibu warga Marawi mengibarkan bendera putih agar selamat.
Sumber :
  • Reuters/Erick de Castro

VIVA.co.id – Pemerintah Indonesia telah menjalin komunikasi dengan pemerintah Filipina untuk mengevakuasi 16 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam pertempuran di Marawi. Mereka adalah Jamaah Tabligh atau biasa dikenal dengan sebutan jamaah kompor.
 
Kota Marawi menjadi medan pertempuran antara militer Filipina dan kelompok Islam radikal 'Maute' yang mengklaim memiliki afiliasi dengan gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pertempuran telah berlangsung lebih dari sepekan sejak Maute memulai upaya pendudukan Kota Marawi pada Selasa, 23 Mei 2017.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Wiranto mengatakan, upaya evakuasi dimulai sejak pemerintah menerima informasi tentang keberadaan para WNI dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Filipina.

Namun, Wiranto mengakui, upaya evakuasi para WNI itu tidak bisa dilakukan secara cepat. Hal itu dikarenakan kondisi di Kota Marawi saat ini sedang gawat.

"Tapi kita segera ya. Kita berusaha menyelesaikan (masalah) itu dan berusaha mengeluarkan mereka dari sana. Tapi perlu waktu, kita lakukan koordinasi itu dengan Kementerian Luar Negeri, dan badan-badan intelijen yang kita miliki," ujar Wiranto di Kementerian Koordinator Bidang Polhukam, Jakarta, Rabu, 31 Mei 2017.

Pada kesempatan yang sama, Wiranto menegaskan para WNI berada di Filipina untuk tujuan mulia, melakukan dakwah. Para WNI sama sekali tidak terkait dengan Maute, kelompok radikal yang saat ini sedang berkonflik di sana, yang sama-sama merupakan kelompok yang berlandaskan ajaran agama Islam.

"Kita lihat bahwa yang berangkat ke sana, yang tercatat kan Jamaah Tabligh. Jamaah Tabligh ini sebenarnya bukan suatu organisasi yang ekstrem, bukan organisasi yang bergerak di bidang politik dan terorisme, tetapi betul-betul dakwah. Kebetulan dia memang lagi dakwah di sana, terperangkap dalam pertempuran," ujar Wiranto.

1 Juni Dievakuasi

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, memastikan bahwa pemerintah Filipina telah menyetujui untuk mengevakuasi 16 WNI yang terjebak dalam pertempuran.

Bila situasi di lapangan memungkinkan, evakuasi akan dilakukan mulai besok, Kamis, 1 Juni 2017. Prosesnya tentu akan dibantu oleh militer setempat dan tim gabungan dari KBRI dan KJRI.

Sebanyak 16 WNI itu, kata Retno, ada di dua lokasi yang tidak bisa disebutkan tempatnya. Akan ada dua jalur yang dilalui untuk evakuasi. Yang pertama, akan melewati kawasan Iligan, Marantau, dan Bandara Cagayan De Oro.

"Dan ini akan melibatkan empat tim kita di sana yang akan memandu evakuasi," katanya.