Ideologi Kematian ala Teroris Kampung Melayu 

Polisi Evakuasi Jenazah Korban Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Terduga pelaku bom Kampung Melayu, yang ikut menjadi korban tewas disebut berasal dari jaringan Jamaah Ansaru Daulah (JAD) sebuah organisasi yang berafiliasi dengan ISIS. Polisi menyebut pelaku melakukan bom bunuh diri dengan menyasar aparat.

Menurut Deputi Kerjasama Luar Negeri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol Hamidin, para pelaku terorisme itu tidak ragu untuk mati demi melakukan aksi. Sebab mereka menganut ideologi kematian. "Ideologi mereka adalah ideologi kematian. Mereka tidak takut mati," kata Hamidin dalam acara ILC, tvOne, Selasa malam, 30 Mei 2017. 

Ideologi itu, kata Hamidin, beranggapan jika mati dalam melakukan aksi adalah perbuatan jihad. Meskipun sebenarnya mereka bisa saja melancarkan aksi tanpa harus mengorbankan nyawa, tapi mereka tetap memilih cara bom bunuh diri, sesuai dengan ideologi kematian yang mereka percaya.

Hal itu juga kemudian menjadi jawaban kenapa aksi-aksi terorisme diwarnai dengan aksi bom bunuh diri. "Bom Kedubes Australia, kalau pelakunya mau, bisa pakai remote saja. Tapi mereka tidak melakukan itu," kata dia.

Sementara itu menurut Wakil Kepala Densus 88 Mabes Polri Brigjen Pol Edi Hartono, munculnya bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dimulai dari pertemuan yang digelar terpidana terorisme yang juga pentolan ISIS di Indonesia, Aman Abdurrahman dengan beberapa kepala cabang Jamaah Ansaru Daulah (JAD) .

Pertemuan itu digelar di Lapas Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, tempat Aman Abdurrahman ditahan. Menurur Edi, pertemuan itu turut dihadiri oleh cabang-cabang JAD dari berbagai wilayah mulai dari Banten, Jawa Barat, sampai Maluku. Isi pertemuan membahas soal seruan juru bicara ISIS yang memerintahkan agar mereka yang tidak bisa berangkat ke Suriah dan Irak dipersilakan melakukan amaliah di negara masing-masing.

"Aman Abdurahman pada Oktober 2014, di Nusakambangan menggelar pertemuan, ada 10 orang, mereka menyamakan persepsi untuk menanggapi seruan Jubir ISIS. Bagaimana untuk penyiapan senjata, penyiapan SDM, siapa yang siap bom bunuh diri, dan pendanaan," kata Edi.