Satu Lagi Jasad Santri Terseret Ombak di Garut Ditemukan
- VIVA.co.id/Diki Hidayat
VIVA.co.id - Sudah empat jasad di antara lima santri yang dilaporkan hilang di Pantai Rancabuaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sudah ditemukan. Korban terakhir dikenali sebagai Wisnu Dwi Airlangga (16 tahun).
Jasad Wisnu awalnya ditemukan warga setempat di pantai perbatasan Garut dengan Cianjur pada Kamis, 18 Mei 2017. Lokasi penemuan sekira 10 kilometer dari titik 13 santri terseret ombak di Pantai Rancabuaya pada Selasa lalu.
Sebelumnya, tiga jasad santri Pesantren Hidayatullah di Depok itu sudah ditemukan di tempat dan waktu berbeda kemarin. Mereka, antara lain, Mohamad Faisal Ramadhan, Kholid Abdul Hasan, dan Rijal Amarullah. Semua berusia 16 tahun.
Menurut Kepala Satuan Polisi Air dan Udara di Pantai Santolo Garut, Ajun Komisaris Polisi Tri Andri, lokasi penemuan jasad Wisnu memang berbatasan dengan Cianjur, tetapi sebenarnya masih di wilayah Garut. Aparat segera mengevakuasi korban setelah menerima kabar itu dari warga setempat.
Tim SAR masih mencari satu korban lagi bernama Saefullah Abdul Aziz (16 tahun). Tim pencari terdiri atas tim petugas Badan SAR Nasional, Polisi Air dan Udara, dan prajurit TNI pada Komando Rayon Militer setempat.
Ombak tiba-tiba
Korban terseret ombak pantai itu sebenarnya 13 santri. Namun, delapan di antara mereka selamat, meski beberapa di antaranya terluka dan syok.
Muhammad Izzuddin Assulthan, satu dari delapan santri yang selamat, menceritakan peristiwa nahas itu terjadi begitu cepat saat mereka sedang berada di pinggir pantai pada Selasa sore, 16 Mei 2017.
"Diketahui, rombongan tidak melakukan aktivitas berenang, melainkan hanya berjalan-berjalan di pinggir pantai. Informasi terakhir dari ananda Muhammad Izzuddin Assulthan yang sempat terseret arus, ia bersama 12 temannya asyik berdiri di pinggir pantai," kata Sekretaris Yayasan, Iwan Riswanda, ditemui di kompleks Pesantren Hidayatullah pada Rabu malam, 17 Mei 2017.
Tanpa mereka sadari, air laut pasang dan ternyata kaki mereka sudah tidak menapak di pasir dan langsung terseret arus.
Informasi dari korban selamat ini selaras dengan keterangan orangtua salah satu korban, Rijal Amarullah. Sesaat sebelum kejadian, Rijal menelepon untuk meminta pulsa. Setelah ditelepon balik ternyata sudah tidak ada jawaban.
"Jadi, rombongan tetap mengindahkan adanya larangan untuk tidak berenang. Namun, datangnya ombak besar yang tiba-tiba membuat segalanya berubah sangat cepat,” kata Iwan.