Sampah Plastik Kemasan Sachet Kini Bisa Didaur Ulang

Para pekerja dan pemulung di salah satu lokasi pembuangan sampah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA.co.id – Indonesia menurut sebuah riset menempati peringkat kedua sebagai produsen sampah plastik terbanyak di dunia. Namun sampah plastik seringkali berakhir di pembuangan atau parahnya terhampar di lautan.

Hal itu tentu berbahaya bagi ekosistem laut, dan bagi manusia. Tapi, baru-baru ini ada sebuah teknologi CreaSolv Process, yang dikeluarkan Unilever untuk mendaur ulang sampah plastik secara massal.

Teknologi ini, menurut Sancoyo Antarikso, Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia, berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik fleksibel atau sampah kemasan kecil.

"CreaSolv Process memungkinkan sachets fleksibel untuk didaur ulang. Lebih dari 60 persen kemasan fleksibel terbuat dari polietilena, sehingga kami fokus mendaur ulang polietilena. Hasilnya adalah biji polietilena film (lapisan plastik) yang sepenuhnya dapat digunakan kembali," kata Sancoyo di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Rabu 17 Mei 2017.

Residu film (lapisan plastik), lanjut Sancoyo dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan. Dengan pendekatan ini, jejak lingkungan dapat ditekan dan akan tercipta nilai ekonomi yang berpotensi menghasilkan peluang pendapatan tambahan bagi masyarakat, industri daur ulang dan pemangku kepentingan.
 
"Untuk mengatasi masalah sampah, selain teknologi yang tepat diperlukan pula skema pengumpulan sampah kemasan kecil agar dapat disalurkan untuk didaur ulang," kata Sancoyo.

Pihaknya juga akan memberdayakan ribuan pemulung dan masyarakat, juga melakukan kerja sama dengan bank sampah, pemerintah serta pengecer lokal. Untuk saat ini, pihaknya juga membuka pabrik percontohan di Jawa Timur.

"Pada tahap awal atau uji coba, teknologi ini bisa berpotensi menyerap 3 ton sampah kemasan plastik fleksibel bersih per hari. Sementara pada skala komersial, teknologi ini berpotensi mengurangi dampak CO2 sebesar 7.800 ton per tahun untuk setiap unit operasi," tutur Anton Harjanto selaku Head of Circular Economy, Manufacturing Sustainability and Renewable Energy SEAA Project Unilever.