'Makhluk Berkaki Empat' Nyaris Punah di Tradisi Dugderan

Perajin sedang membuat Warak Ngendog di Semarang.
Sumber :

VIVA.co.id – Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, memiliki tradisi khas yang selalu dilaksanakan menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini bernama Dugderan, konon tradisi ini sudah digelar sejak ratusan tahun silam.

Dugderan merupakan sebuah festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan. Dulunya, perayaan yang telah dimulai sejak masa kolonial Belanda ini dipusatkan di daerah Simpang Lima, Semarang.

Perayaan Dugderan tentu tak lepas dari ikon unik tradisi itu, yakni Warak Ngendog. Mainan ikonik ini merupakan simbol binatang yang dikaitkan dengan perayaan Dugderan. Ikon ini sangat khas dengan Kota Semarang.

Secara fisik, Warak Ngendog berwujud makhluk berkaki empat, menyerupai macan atau singa, tapi langsing. Tubuhnya diberi kertas berwarna-warni dan pada kakinya diberi roda supaya dapat ditarik. 

Secara filosofi, Warak Ngendog mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota Semarang, yakni Jawa, Tionghoa dan Arab.

Jelang perayaan Dugderan, ratusan penjual mainan biasanya hadir di sejumlah titik Kota Semarang. Dari ratusan mainan, tak jarang ditemui ikon Warak Ngendog yang dijual warga.

Namun seiring perubahan zaman, para perajin Warak Ngendog di Semarang, kini jarang sekali ditemukan. Hanya segelintir warga yang kini masih punya kesadaran tinggi hingga eksis membuat simbol Kota Semarang itu.

Salah satu perajin Warak Ngendok yang masih rutin membuat ikon itu, yakni Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 02/RW II, Semarang Tengah.

"Saya membuat Warak Ngendog ini sudah turun temurun warisan keluarga saya. Tapi karena hampir punah, saya berpikir eman-eman juga, makanya sampai sejak 1990 silam hanya saya yang masih memproduksi Warak," kata Arif, Minggu, 14 Mei 2017. (art)