Puluhan Anak Dididik Ajaran NII di Garut

Saepullah (50 tahun), seorang pengikut NII, ketika ditemui wartawan saat diperiksa sebagai saksi atas dugaan makar dan penistaan agama Islam di Markas Polres Garut pada Selasa, 4 April 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Diki Hidayat

VIVA.co.id - Orang dewasa pengikut organisasi Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Sensen Komara disebut hanya 10 orang. Mereka bermukim di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Namun ada 80 anak yang merupakan anggota keluarga dari 10 orang dewasa itu. Mereka dididik menurut ajaran NII yang di antaranya, melaksanakan salat lima waktu dan salat Jumat menghadap ke timur.

Saepullah (50 tahun), seorang pengikut NII, mengatakan itu ketika ditemui wartawan saat diperiksa sebagai saksi atas dugaan makar dan penistaan agama Islam di Markas Polres Garut pada Selasa, 4 April 2017.

Para pengikut NII, kata Saepullah, meyakini bahwa arah kiblat berdasarkan petunjuk rasulnya adalah menghadap timur. Begitu juga negara yang sah adalah NII, bukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. " Kami yakin itu karena sudah tertera dalam Alquran," ujarnya.

Dia berterus terang telah menerima penjelasan Majelis Ulama Indonesia tentang arah kiblat itu. Namun dia dan rekan-rekannya tetap meyakini pendiriannya, yakni salat menghadap kiblat ke arah timur. "Kami yakin pemahaman yang selama ini kami laksanakan itu yang benar, " katanya.

Salat hadap timur

Ramai soal NII berawal dari surat yang menyebar dan menggegerkan warga Desa Tegalgede, Kecamatan Pakejeng, Kabupaten Garut, pada Jumat, 17 Maret 2017.

Surat yang ditulis Wawan Setiawan, warga Kabupaten Garut, mengaku pengikut NII yang berpangkat jenderal bintang empat, berisi pemberitahuan tentang pelaksanaan salat lima waktu dan salat Jumat menghadap kiblat ke arah timur.

Wawan kemudian diundang ke Balai Desa Tegalgede pada Selasa, 21 Maret 2017. Dia diminta menjelaskan perihal surat pemberitahuan, yang menurutnya, merupakan perintah Sensen Komara bin Bakar Misbah, pemimpin NII sekaligus Rasulullah Al Masih.

Wawan menjelaskan alasan pelaksanaan salat lima waktu dan salat Jumat menghadap timur. Intinya, kata Wawan, itu semua perintah Sensen Komara bin Bakar Misbah, dan dia hanya menjalankan perintah pemimpinnya.

Syahadat

NII dan kehebohan tentang salat lima waktu dan salat Jumat menghadap timur pernah muncul pada 2011. Seruan itu disampaikan Sensen Komara bin Bakar Misbah.

Selain itu, Sensen mengganti sebagian dua kalimat Syahadat. Seharusnya dua kalimat Syahadat itu, "Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah" lalu diganti menjadi "Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Sensen Komara Bin Bakar Misbah Rasuululah".

Sensen dan sejumlah pengikutnya diadili karena itu dan akhirnya dihukum dimasukkan ke bagian jiwa Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung pada 16 Juli 2012. Tiga orang pengikut Sensen divonis masing-masing tiga tahun penjara.

Makar

Tuduhan makar kepada Sensen bermula dari peringatan hari kelahiran NII pada 7 Agustus 2011. Acara itu digelar di Sentra Bakti, Kampung Babakan Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Sensen dan pengikutnya mengibarkan bendera NII berwarna merah putih dengan logo bulan dan bintang. Pengibaran bendera itu sempat digagalkan aparat Kepolisian dan TNI. Sebanyak 120 helai bendera NII berwarna merah dan satu helai bendera NII besar disita aparat pada 5 Agustus 2011. (one)