Longsor Terjang Warga Ponorgo saat Kembali ke Rumah
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA.co.id – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan retakan longsor yang terjadi di lereng bukit di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, sudah ada sejak 11 Maret 2017.
"Diketahui sudah ada retakan sepanjang 30 sentimeter setelah hujan lebat di sana. Retakan berangsur-angsur meningkat menjadi sembilan meter pada 17 Maret 2017. Kemudian retakan melebar lagi menjadi 15 meter pada 26 Maret 2017 dan 20 meter pada 31 Maret 2017," ungkapnya di Kantor BNPB, Jakarta, Minggu 2 April 2017.
Sutopo menjelaskan kronologi peristiwa itu. Pada Jumat malam, 31 Maret 2017, terjadi hujan cukup lebat, namun tidak ada tanda-tanda longsor. Meski demikian, masyarakat sudah mulai melakukan pengungsian. Pada Sabtu, 1 April 2017 pukul 07:40 WIB, masyarakat kembali ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa, di antaranya memanen jahe di ladang. Saat itulah tiba-tiba longsor datang.
"Karena komoditi utama mereka adalah jahe. Ladang jahe mereka berada di bawah mahkota (lokasi longsor), warga yang sedang memanen tidak sempat melarikan diri. Mereka kalah cepat, sehingga tertimbun," ucapnya.
Sementara itu, Sutopo mengatakan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan pemerintah desa telah memfasilitasi tempat pengungsian bagi masyarakat Dusun Tangkil pada malam hari, sebelum longsor terjadi. Meski demikian, mereka tetap kembali ke rumah masing-masing esok harinya.
"Setiap terjadi hujan, Pemkab sudah mengimbau masyarakat agar mencari tempat yang lebih aman. Mereka diminta untuk mengungsi, tapi berkali-kali mereka kembali ke rumah dan bertani. Saat longsor terjadi, ada bunyi gemuruh kencang dan mahkota ini keluar asap. Longsor menyapu 32 rumah di bawahnya," lanjut Sutopo. (ren)