Dua Pasang Bayi Kembar Siam Lahir di Medan
- VIVA.co.id/Putra Nasution
VIVA.co.id – Tim medis RSUP Adam Malik, Medan, saat ini tengah melakukan upaya perawatan terhadap dua pasang bayi kembar siam, yang berasal dari Binjai dan Kisaran, Sumatera Utara.
Sekretaris tim penanganan bayi kembar siam RSUP Adam Malik, dr Rizki Adriansyah mengatakan, bayi pertama dempet di bagian perut hingga tulang belakang. Bayi tersebut lahir di Kisaran, pada 24 Maret 2017 lalu. Bayi berjenis perempuan itu dilahirkan dari seorang ibu berinisial A.
"Untuk bayi kedua, dengan jenis laki-laki. Kemudian, dempet di bagian kepala dalam satu badan. Bayi itu, dari orangtua berinisial D, lahir di Binjai, 28 Maret 2017," tutur Rizki dalam jumpa pers di RSUP H Adam Malik Medan, Kamis sore, 30 Maret 2017.
Kata Rizky, bayi kembar siam pertama yang dempet di bagian perut kondisinya masih stabil. Artinya masih dimungkinkan untuk menjalani operasi pemisahan. "Hanya saja terdapat lubang kecil di bagian jantung. Operasi pemisahan masih memungkinkan dengan tingkat keberhasilan 80 persen," katanya.
Namun, operasi tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat ini. Operasi akan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan kontrol terhadap kondisi bayi tersebut. "Namun, kita menunggu hingga kondisi bayi optimal," sebutnya.
Hal berbeda diucapkan Rizky, untuk bayi kembar siam yang kedua. Dia mengatakan, bayi yang dempet di kepala dengan satu badan lebih rumit. Meski punya dua jantung, namun salah satunya mengalami kelainan jantung bawaan.
"Untuk kasus yang kedua ini, jika dioperasi, sulit untuk menyelamatkan bayinya. Saat ini, kita periksa jantung dulu, karena kondisi jantungnya gawat. Kita belum tahu, bagaimana usus dan hatinya. Katup jantungnya satu, padahal normalnya dua," kata Rizki.
Tim dokter memutuskan tidak akan mengambil tindakan operasi pada kembar siam yang memiliki hanya satu badan. Bayi ini tidak mungkin dipisahkan walaupun masing-masing punya jantung dan tulang belakang. Bahkan, untuk kasus yang seperti ini sangat jarang bertahan.
Kata Rizky, bayi yang kedua bisa bertahan sampai dewasa tetap dengan kondisi seperti itu. Karena, bila dilakukan pemisahan, sangat tidak etis menyelamatkan satu nyawa hanya untuk menyelamatkan satu bayi lainnya.
"Secara umum, tim dipimpin seluruh dokter senior. Semua tenaga ahli yang dibutuhkan tersedia di rumah sakit ini. Kasus bayi kembar siam ini, termasuk jarang bertahan. Semua manusia berhak hidup, tentu kita tetap berikan pelayanan optimal. Apapun kasusnya yang paling sulit kita terima," terangnya. (asp)