Penyemen Kaki Meninggal, Istana: Jangan Ambil Risiko

Para petani Kendeng saat beraksi memasung kaki dengan adonan semen di dekat Istana Negara sebagai bentuk protes mereka atas pendirian pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo sudah mendapatkan laporan mengenai meninggalnya salah seorang petani Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, saat aksi semen kaki yang dilakukan di depan Istana beberapa waktu lalu.

Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, mengatakan, Presiden Jokowi langsung menginstruksikan agar pemerintah membantu untuk kepulangan jenazah.

"Tadi Pak Presiden sudah minta kami untuk mengurus kepulangannya, tapi tadi sudah diurus. Ya nanti diberikan santunan juga," kata Teten, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 21 Maret 2017.

Diketahui, penyemen kaki yang meninggal bernama Patmi (45 tahun), akibat serangan jantung. Pemerintah menyampaikan duka cita atas musibah itu. Dia meminta, agar masyarakat melakukan aksi dengan cara tidak mengambil risiko pada keselamatan diri.

"Tapi ya memang kita imbau lah kalau mau menyampaikan pendapat, aspirasi, aksi jangan mengambil risiko pada keselamatan misalkan," kata Teten.

Teten mengatakan, menyampaikan aspirasi adalah hak dalam demokrasi. Namun ia meminta tidak melakukan aksi yang membahayakan bagi kesehatan.

Apalagi, pemerintah pusat sedang mengupayakan jalan terbaik atas penolakan warga pegunungan Kendeng pada eksploitasi di lokasi itu untuk bahan PT Semen Indonesia.

"Tuntutan mereka kan sudah kita rekomendasi. Mudah-mudahan ini hasil KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) akan selesai akhir Maret, mungkin nanti jadi rujukan lah. Tapi akan bicarakan terus sama Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian BUMN dan juga pemerintah daerah (Pemprov Jawa Tengah)," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang petani asal Kendeng yang terlibat dalam aksi memasung kaki sendiri dengan semen di depan Istana Negara – sebagai aksi protes penolakan pabrik semen Rembang, Jawa Tengah – meninggal dunia pada Selasa dinihari, 21 Maret 2017.

Dia seorang perempuan berusia 45 tahun bernama Patmi. Dia diduga meninggal dunia akibat serangan jantung dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Carolus,  Salemba, Jakarta Pusat.

"Sebelumnya dinyatakan sehat oleh dokter. Kurang lebih pukul 02.30, setelah mandi, Bu Patmi mengeluh badannya tidak nyaman. Lalu mengalami kejang-kejang dan muntah," kata Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Muhammad Isnur, dalam keterangan persnya.

Jasad Patmi akan dipulangkan hari ini, Senin, 21 Maret, ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan. (one)