Petani Kendeng yang Memasung Kaki di Depan Istana Meninggal
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id – Seorang petani asal Kendeng Jawa Tengah yang terlibat dalam aksi memasung kaki sendiri dengan semen di depan Istana Negara – sebagai aksi protes penolakan pabrik semen Rembang, Jawa Tengah – meninggal dunia pada Selasa dinihari, 21 Maret 2017.
Dia seorang perempuan berusia 45 tahun bernama Patmi. Dia diduga meninggal dunia akibat serangan jantung dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Carolus Salemba, Jakarta Pusat.
"Sebelumnya dinyatakan sehat oleh dokter. Kurang lebih pukul 02.30, setelah mandi, Bu Patmi mengeluh badannya tidak nyaman. Lalu mengalami kejang-kejang dan muntah," kata Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Muhammad Isnur, dalam keterangan persnya.
Jasad Patmi akan dipulangkan hari ini, Senin, 21 Maret, ke Desa Larangan Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati untuk dimakamkan. "Dulur-dulur Kendeng juga langsung pulang menuju Kendeng," kata Isnur.
Menurut Isnur, meninggalnya Patmi harus menjadi perhatian sekaligus bukti bahwa perjuangan petani Kendeng belum selesai.
"Kematian Bu Patmi (juga) menjadi saksi, bahwa warga masih harus menyatakan sikapnya sendiri karena tidak adanya pembelaan sama sekali dari pemerintah yang seharusnya mengurus nasib warga negara."
Aksi Fenomenal
Aksi petani Kendeng dikenal fenomenal sejak tahun lalu. Mereka kukuh menentang pendirian pabrik semen di tanah mereka lantaran dianggap akan merusak kawasan dan kehidupan masyarakat.
Aksi ini awalnya diinisiasi oleh para petani perempuan Kendeng di Istana Negara pada April 2016. Sebanyak sembilan perempuan menyemen kakinya di depan istana negara.
Ketika itu, aksi itu cukup membuahkan hasil dan perhatian. Ditambah lagi dengan keluarnya putusan pengadilan bahwa pendirian pabrik semen di Rembang memang bermasalah.
Namun belakangan, pemerintah setempat menerbitkan izin baru dan disetujui oleh Mahkamah Agung. Atas itu, petani kembali bereaksi dengan menggelar aksi di Istana Negara.
Mereka kembali menyemen kakinya. Namun kali ini tidak cuma perempuan. Setidaknya lebih dari 50 orang ikut berpartisipasi menyemen kaki masing-masing. (ren)