Aksi Semen Kaki Dianggap Eksploitasi Perempuan

Petani Rembang demo semen kaki di depan Istana Negara.
Sumber :
  • Foe Peace

VIVA.co.id – Aksi menentang pembangunan pabrik semen yang melibatkan perempuan dengan dicor kakinya di depan Istana Merdeka, mendapat sorotan dari aktivis perempuan. Menurut aktivis Roostien Ilyas, pelibatan perempuan dalam aksi cor kaki itu berisiko dan merupakan eksploitasi pada kaum hawa. 

"Saya berpendapat hal tersebut adalah bentuk eksploitasi bagi seorang perempuan, karena dengan menyemen kaki bisa mengganggu 'reproduksi' seorang perempuan," ujar Ilyas dalam keterangan tertulisnya, Rabu 15 Maret 2017. 

Dia menjelaskan, aksi cor kaki dengan semen bisa berdampak sulitnya seorang perempuan mempunyai keturunan. Untuk itu dia menyesalkan kenapa demonstran memilih perempuan untuk melakukan aksi cor kaki dengan semen. 

"Kenapa yang menyemen kakinya harus perempuan? Makanya saya menyayangkan hal ini, padahal masih banyak cara-cara lain," kata dia. 

Ilyas menyarankan, demonstran petani Gunung Kendeng, Jawa Tengah dalam menyampaikan aspirasinya menolak pembangunan pabrik semen, hendaknya sebelum menggelar aksi teatrikal didahului dengan diskusi mendalam dari berbagai aspek. 

"Bukan hanya aspek sosiologis cara yang dipakainya, tetapi juga aspek medis psikologisnya," kata dia. 

Sebelumnya, sebelas petani asal Gunung Kendeng, Jawa Tengah, dari kelompok kontra pembangunan pabrik semen kembali menggelar aksi cor kaki di depan Istana Merdeka, Jakata Pusat, Selasa 14 Maret 2017. Aksi dilakukan sebagai bentuk protes pendirian pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.

Aksi tersebut merupakan lanjutan dari aksi yang sama pada tahun lalu. Pada Selasa 12 April 2016, sembilan perempuan asal Rembang, Jawa Tengah, melakukan aksi mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara, Jakarta. 

Aksi pada April tahun lalu itu selesai setelah perwakilan Presiden Joko Widodo mau bertemu mereka. Perwakilan Presiden yang menemui para petani adalah Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, dan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.

Diketahui, mereka menuntut Pegunungan Kendeng Utara dibebaskan dari pabrik semen yang didirikan PT Semen Indonesia yang kian hari kian menghabisi lahan mata pencaharian mereka sebagai petani.