Ganti Rugi Korban Crane Jadi Pembahasan dengan Raja Salman

Kerusakan akibat robohnya crane di kompleks Masjidil Haram
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVA.co.id – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sempat mengumumkan segera membayarkan uang santunan untuk korban musibah crane jatuh di Masjidil Haram saat musim haji 11 September 2015.

Santunan yang dijanjikan sebesar 1 juta riyal atau Rp3.8 miliar untuk setiap korban meninggal. Hingga kini keluarga korban di Indonesia masih menunggu realisasi janji dari pemerintah Arab Saudi.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, masalah ganti rugi korban insiden crane Mekkah akan menjadi materi pembicaraan dengan raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud yang akan berkunjung ke Indonesia pada 1 Maret 2017 mendatang.

"Tentu ini bagian isu yang dibahas," kata Lukman usai rapat dengan Komite II DPD RI di kompleks parlemen, Jakarta, Senin 27 Februari 2017.

Ia menambahkan untuk itu raja Arab akan bertemu dengan tokok di Indonesia. "Raja akan bertemu tokoh tokoh agama. Kita lihat perkembangannya seperti apa," ujarnya. 

Sebelumnya,  Zaenab (75) ibu kandung korban crane, Ferry Mualidin mengatakan, pihak keluarga belum menerima santunan yang dijanjikan.

"Sampai sekarang uang yang dijanjikan pemerintah Arab Saudi tak kunjung terwujud," kata, Zaenab, Senin 27 Februari 2017. Menurutnya sudah dua tahun bantuan yang dijanjikan itu belum terbukti. Padahal, anak keempatnya itu menjadi korban tewas saat lempar jumroh dengan rombongan jemaah haji asal Jawa Barat.

Beberapa hari usai kejadian itu, pemerintah Arab Saudi langsung menyatakan bakal memberi santunan kepada keluarga yang ditinggalkan. Untuk korban meninggal dunia akan diberikan uang sebesar 1 juta riyal atau Rp3,8 miliar, sementara untuk cacat fisik tetap sebesar 500.000 riyal atau Rp1,9 miliar.

Zaenab mengaku, selain santunan, pemerintah Arab Saudi juga menjanjikan memberi tiket dua ibadah haji bagi keluarga korban. Jatah itu sangat diharapkan pihak keluarga. 

"Karena dengan tiket ibadah haji itu, istrinya Linda Marlinda, 38 akan memanfaatkannya berziarah ke makam Ferry," kata dia.

Lebih jauh dijelaskan Zaenab, selama ditinggal mati Ferry, sang istri Linda menghidupi keluarganya dengan mengandalkan uang santuan dari tempat Ferry bekerja, PT Freeport Indonesia.  "Peristiwa itu sudah tahun berjalan, kemungkinan uangnya juga sudah berkurang," katanya.