NU Ingatkan Prediksi soal ISIS Bangun Basis di Asia
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama (NU), Helmy Faisal Zaini, menegaskan bahwa perjuangan NU membangun umat dan masyarakat tidak semata didasarkan hubungan keagamaan. Lebih dari itu, NU memegang prinsip-prinsip kemanusiaan sebagai pijakan organisasi.
“Kami jamiyah NU mengembangkan persaudaraan umat Islam atau ukhuwah Islamiyah, persaudaraan kebangsaan atau ukhuwah wathaniyah, dan persaudaraan kemanusiaan atau ukhuwah basyariyah,” kata Faisal dalam acara pelantikan pengurus Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Jawa Timur di kantor NU Jatim, Surabaya, pada Minggu, 29 Januari 2017.
Tiga prinsip persaudaraan itu, kata Faisal, perlu disebarkan dan diterapkan di tengah ancaman paham-paham transnasional yang belakangan ini kian kencang menggoyang Indonesia. “Anda, di Surabaya, misalnya, melihat tabrakan. Masa tanya korban dahulu sebelum dibantu, ‘Sampean agamanya apa? Islam, Kristen, Hindu, atau apa? Keburu mati korban,” ujarnya bertamsil.
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu menjelaskan, kondisi Indonesia kini persis seperti informasi yang disampaikan Ketua Umum NU, Said Aqil Siroj, dua tahun lalu. Dua tahun lalu Said Aqil mengatakan bahwa ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) menargetkan 2017 membangun basis di Asia.
“Itu dua tahun lalu dan banyak yang tidak percaya,” kata Faisal.
Kini, katanya, tanda-tanda soal ancaman ISIS di Indonesia kian terasa. “Hari-hari ini Indonesia menghadapi tantangan serius. Sebuah badai di tengah masuknya radikalisme global yang massif, berbiaya tinggi, dan berjejaring luas. Pancasila dan NKRI dalam kondisi kritis kalau tidak hati-hati dari paham transnasional,” ujarnya.
Komandan Satuan Koordinasi Nasional Banser, Alfa Isnaini, mengatakan bahwa Banser harus fokus pada bidangnya masing-masing, bukan seperti dahulu yang dikenal siap melaksanakan tugas apapun. Dalam konteks sekarang, bidang yang paling harus diseriusi dan menjadi fokus ialah soal pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. “Termasuk konsen dengan sebaran informasi liar di medsos (media sosial),” katanya.