Wayang Dilarang, Gus Ipul: Spanduk di Islam Dulu Enggak Ada

Spanduk larangan pagelaran wayang kulit yang beredar di media sosial, Minggu (22/1/2017)
Sumber :
  • VIVA.co.id/istimewa/Nur Faishal

VIVA.co.id – Netizen dihebohkan foto spanduk berisi larangan pagelaran wayang kulit karena tidak sesuai syariat Islam di Jakarta Pusat. Foto itu menjadi viral dan memantik respons dari beberapa tokoh, termasuk jurnalis senior yang juga sastrawan, Goenawan Muhammad.

Berdasarkan foto yang beredar di media sosial, spanduk tersebut berbunyi: Pemutaran Wayang Kulit Bukan Syariat Islam. Bagian bawah spanduk tertulis Aliansa Masyarakat Muslim Se Jak-Pus. Viral spanduk larangan wayang kulit itu terpantau juga oleh salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Saifullah Yusuf.

"Hari ini saya terima foto yang jadi viral, foto spanduk yang berisi bahwa wayang kulit bukan budaya Islam. Spanduk-spanduk seperti ini kelihatannya sepele, tapi cukup mengganggu," katanya di sela-sela acara pelantikan Pengurus DPD Partai Amanat Nasional Jawa Timur, Minggu, 22 Januari 2017.

Menurut Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, wayang kulit sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka dan digunakan para waliyullah menyebarkan agama Islam di negeri ini. “Wayang itu warisan para wali. Wayang bisa jadi media dakwah, media pemersatu, dan media silaturrahmi," ujarnya.

"Kalau wayang dianggap bukan tradisi Islam, pasang spanduk dulu di Islam juga tidak ada. Kalau dirunut-runut, arisan dulu di Islam juga tidak ada," kata Wakil Gubernur Jawa Timur itu.

Gus Ipul ikut prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Menurutnya, percaturan politik di negeri ini sudah tidak baik dan mengarah pada perpecahan bangsa. Politik yang dijalankan oleh para elit dan tokoh masyarakat jauh dari tujuan konstruktif dan tidak menyentuh kepentingan masyarakat.

Gus Ipul menyebut dinamika politik yang berkembang di Indonesia saat ini dengan istilah politik caci-maki dan politik gontok-gontokan. "Saya berharap hentikanlah politik gontok-gontokan ini. Mari bersama berbuat untuk kepentingan bangsa," katanya. (ren)