Wali Kota Semarang Marah Taman Kota Dirusak Demonstran
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id – Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Prihadi, kecewa berat mendapati taman kota di Jalan Pahlawan, Semarang, rusak. Kerusakan sejumlah tanaman yang biasa terawat itu disebabkan oleh ulah demonstran yang berunjuk rasa pada Selasa kemarin, 17 Januari 2017.
Kekecewaan Hendrar diungkapkan, saat ia dan Wakilnya, Heaverita Gunaryanti Rahayu, mengecek langsung kerusakan taman kota, tepat di depan kantor Gubernur Jateng itu.
"Saya kaget, kenapa ada ini segala. Terus terang saya dan Bu Wakil Wali Kota kecewa berat," kata Hendrar saat meninjau, Rabu, 18 Januari 2017.
Dari pantauan Wali Kota, setidaknya ada sejumlah tanaman di taman sepanjang 20 meter mengalami kerusakan akibat terinjak-injak. Tanaman itu berjenis bayeman, ganyong dan hema.
Kerusakan taman ini adalah imbas unjuk rasa dilakukan dua kelompok massa, yakni Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (Apti) Jateng dan Petani Kendeng Penolak Semen Rembang dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Diduga, kerusakan taman terjadi akibat bentrokan yang sempat terjadi.
Saling dorong da (asp)n lempar botol air mineral sempat terjadi antara dua kelompok, meski tidak berlangsung lama. Namun, belum diketahui pasti siapa yang menyebabkan tanaman di taman itu rusak.
Hendrar sangat kecewa. Padahal taman tersebut dirawat setiap hari oleh petugas dari Dinas Pertamanan Kota.
Meski melampiaskan rasa kecewanya, Hendrar menyatakan, Pemkot akan memperbaiki sendiri sejumlah keruskaan taman. Sejak pagi tadi, petugas kebersihan juga sudah tampak mencabut dan merapikan tanaman yang patah dan mati.
"Akan kami perbaiki. Evaluasi, kami pasti ngomong ke kawan Satpol PP, nanti kalau demo yang dijaga jangan cuma orangnya, tapi aset pemerintah juga. Taman ini juga dijaga," tegas wali Kota.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertamanan dan Pemakaman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang, Jais Suyono, mengaku pihaknya sampai mengeluarkan anggaran Rp50 juta untuk kerusakan taman di sepanjang Jalan Pahlawan tersebut.
"Kami pakai dana pemeliharaan, sekitar Rp50 juta. Tanaman-tanaman yang mati harus diganti, kondisi tanah juga diberi pupuk, termasuk membayar pekerja," katanya.