Polo'an, Cara Orang Desa di Probolinggo Rayakan Tahun Baru

Acara makan bersama atau polo'an warga Dusun Kejawan, Desa Sumber Rejo, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dalam rangka merayakan tahun baru 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Kemeriahan pergantian tahun tidak hanya milik warga perkotaan. Di banyak desa yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian, para warga juga merayakan malam peralihan kalender. Tentu saja dengan cara yang tidak sama dengan biasanya perayaan di kota-kota.

Seperti warga Dusun Kejawan, Desa Sumber Rejo, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Warga di desa itu merayakan pergantian tahun dari 2016 ke 2017 dengan acara makan-makan bersama. Warga setempat menyebut acara makan bareng itu dengan sebutan polo'an.

Warga di Dusun Kejawan mulai menyiapkan acara malam tahun baruan sejak sore pada Sabtu, 31 Desember 2016. Kegiatan tidak direncanakan secara matang, karena hanya makan-makan. "Yang penting guyub," kata Fadol, tokoh pemuda setempat kepada VIVA.co.id pada Minggu dini hari, 1 Januari 2017.

Para lelaki menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk bahan dan peralatan masakan, seperti ayam kampung dan bahan bakar. Sementara para perempuan menyiapkan bumbu masakan. "Dimasak bareng-bareng. Malam sekitar pukul tujuh semuanya berkumpul menunggu makan sambil ngobrol," kata Fadol.

Menu utama polo'an ialah ayam bakar. Sebagai penyedap, sambal kacang terong plus tempe goreng. Di desa itu, sambal kacang terong biasa disebut pecegghen. Adapun nasinya ialah nasi jagung. "Naseknah nasek jhegung (nasinya, nasi jagung)," kata Fadol dengan bahasa Madura.

Hal yang membuat perayaan tahun baru makin meriah, nasi jagung dan lauk ayam bakar plus pecegghen terong itu dimakan dengan beralaskan beberapa daun pisang yang dibikin memanjang, bukan dengan piring. Semua warga, anak-anak dan dewasa, lalu menyantap penganan khas desa itu bersama-sama.

Fadol menyebut makan bareng polo'an itu dengan ala pondokan. Memang, di pondok pesantren, para santri biasa makan bersama di satu nampan atau alas besar yang berisi nasi dan lauk. "(Merayakan tahun baru) tidak harus di tempat mewah," ujar Fadol.

Di Kota Surabaya, perayaan malam tahun baru kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Kegiatan bernuansa keagamaan lebih kental. Di Jalan Pahlawan, misalnya. Malam tahun baruan di depan kantor Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu dilaksanakan dengan acara selawatan bersama oleh ribuan insan seni hadrah klasik dan warga. 

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dan penjabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah lain, ulama, dan pemuka agama, hadir dalam acara itu. Sebelum memberikan kata sambutan, Soekarwo mengajak semua warga Jatim untuk menundukkan kepala sejenak untuk mengevaluasi diri selama menjalani hidup di tahun 2016. "Kita harus lebih baik tahun depan," ujarnya.