Ada Ancaman Bom Bunuh Diri, Markas Polda Sulteng Siaga Satu

Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi menunjukan DPO jaringan Santoso.
Sumber :
  • Abdullah Hamann

VIVA.co.id – Polda Sulawesi Tengah mulai melakukan penjagaan ketat terhadap setiap tamu yang masuk ke markas Polda Sulawesi Tengah, menyusul adanya ancaman penyerangan terhadap sejumlah markas polisi di Indonesia. 

Tidak biasanya, pintu masuk dan keluar Polda Sulawesi Tengah dijaga ketat oleh aparat bersenjata lengkap. Sejak Sabtu, 31 Desember 2016 pagi, markas Polda Sulteng mulai dijaga ketat. Pintu masuk ke Mapolda Sulteng dipasangi metal detector. Setiap pengunjung diperiksa, mulai dari bawaan hingga seluruh anggota tubuh.

Penjagaan ketat ini dilakukan menyusul adanya ancaman penyerangan yang akan dilakukan oleh kelompok teroris, seperti surat yang ditemukan di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.

Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, mengatakan, ancaman teror itu menyebut akan melakukan bom bunuh diri di sejumlah markas kepolisian yang personelnya sedikit.

“Makanya kami melakukan penjagaan ketat di markas-markas polisi. Juga di tempat-tempat keramaian,” kata Rudy Sufahriadi di Mapolda Sulteng, Sabtu 31 Desember 2016. 

Selain menjaga markas kepolisian, aparat kepolisian di Sulawesi Tengah juga memperketat penjagaan di sejumlah tempat ibadah dan tempat keramaian selama malam pergantian tahun. Sebanyak 3.928 personel kepolisian dikerahkan untuk mengamankan malam pergantian tahun di Sulawesi Tengah.
 
Kelompok Bahrun Naim, kata Rudy, berniat melakukan aksi bom bunuh diri di sejumlah kantor kepolisian yang ada di Indonesia pada malam pergantian tahun.

Saat ini, Polda Sulawesi Tengah dan Densus 88 telah mengantongi beberapa nama yang dicurigai sebagai anggota kelompok Bahrun Naim yang berada di Kota Palu. Namun pihak kepolisian masih mendalami peran dari beberapa orang yang menjadi target operasi dari Densus 88 itu.