2017, Ancaman Banjir Diprediksi Berkurang

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas, BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Sumber :
  • VIVA/Nadlir

VIVA.co.id – Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2017, tidak ada penguatan El Nino dan La Nina.

"Diprediksikan tahun 2017 musim normal. Tidak ada penguatan El Nino dan tidak ada fenomena penguatan La Nina," kata Sutopo di kantornya, Kamis, 29 Desember 2016.

Menurut Sutopo, El Nino sendiri menyebabkan curah hujan menurun, sehingga menimbulkan kekeringan. Sedangkan La Nina bisa menyebabkan curah hujan meningkat.

"Selama Januari, Februari dan Maret 2017 diprediksikan curah hujan normal, bahkan di beberapa tempat kondisinya di bawah normal sehingga ancaman banjir, longsor dan puting beliung akan berkurang," kata Sutopo.

Meski demikian, menurut Sutopo, diprediksikan bencana hidrometerologi seperti banjir, longsor dan puting beliung masih akan mendominasi bencana selama 2017, termasuk bencana kebakaran hutan masih akan terjadi, walaupun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

"Puncak bencana hidrometeorologi pada Januari-Februari 2017," kata Sutopo.

Dia menambahkan, di sejumlah daerah, jutaan masyarakat Indonesia masih terpapar dari ancaman bencana. Alasannya, masyarakat itu tinggal di daerah-daerah yang rawan bencana.

Misalnya, gempa bumi masih mengancam 368 kabupaten/kota se-Indonesia dengan 148,4 juta jiwa. Banjir mengancam 315 kabupaten/kota dengan 63,7 juta jiwa.

Longsor masih akan mengancam 274 kabupaten/kota dengan 40,9 juta jiwa. Gelombang tinggi dan abrasi mengancam 11,1 juta jiwa.

"Ini salah satu dampak dari kemampuan mitigasi, baik structural dan nonstructural kita yang masih terbatas," kata Sutopo.

Mengenai kebakaran hutan dan lahan diperkirakan masih akan berlangsung, meskipun dengan intensitas dan sebaran yang tidak terlalu besar.

"Daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan," kata dia.

Hal itu, kata Sutopo disebabkan kebiasaan masyarakat dan oknum yang membakar untuk pembukaan lahan masih sulit dicegah secara mutlak. Karena itu, pemerintah akan meningkatkan pencegahan dan kesiapsiagaan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.