Kisah Zubaidah yang Tak Bisa Melihat Jasad Dua Anaknya

Ilustrasi mengingat kematian.
Sumber :
  • Zulkarnaini Muchtar

VIVA.co.id – Suasana Kota Banda Aceh terasa sangat hening, Senin, 26 Desember 2016. Tepat pada peringatan 12 tahun bencana Tsunami Aceh. Lantunan ayat Alquran dan zikir terdengar dari setiap masjid, musala juga tempat pemakaman umum. Warga larut dalam tangis dan doa

Tidak terkecuali suasana haru di kuburan massal tsunami Aceh yang berada di Ulee Lheue. Tempat ini ramai dikunjungi keluarga korban bencana tsunami. Sejak pukul 07.00 wib, banyak berkumpul di perkarangan makam yang berisi ribuan jenazah yang dimakamkan secara massal. Doa dipanjatkan bagi mereka yang telah meninggal dunia saat musibah 12 tahun silam itu menerjang.

Banyak dari warga Ulee Lheue yang tidak dapat memastikan apakah anggota keluarga mereka dikuburkan di tempat itu. Namun, doa bersama menjadi semangat mereka untuk berkumpul.

Meski telah 12 tahun, duka itu seperti masih terasa di wajah mereka yang mengalaminya. Mereka yang kehilangan anak, ibu, ayah suami, istri dan saudaranya.

Zubaidah (60), bahkan tak mampu menahan tangis bila mengingatnya. Dua anak kandungnya dan saudaranya hilang dan tidak ditemukan jasadnya. Doa disertai tangis dipanjatkan secara khusus pada hari ini. Di atas kuburan massal, air matanya tak henti mengalir. Rasa sedih tak dapat dibendung. Dua anaknya yang sedang kuliah di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, hilang karena bencana itu.  

"“Saya masih ingat betul wajah anak-anak saya, mereka dekat sekali dengan keluarga,” ujar Zabaidah sambil menangis.

Di Banda Aceh, mereka tinggal di Punge Blang Cut, jarak dari bibir pantai sekitar 500 meter. Pencarian jasad kedua anaknya dilakukan hingga lama. Setiap pengungsian dan tempat pengumpulan jenazah dia datangi. Tapi tidak ditemukan dua anak kandungnya. "Mencari semua lokasi. Di tempat mayat, tapi juga tidak ketemu,” ujarnya.

Zubaidah mengaku sudah pasrah. Dia juga ikhlas dan sudah memperolah hikmah dari Allah. Meski jasad anaknya tidak pernah dia lihat. Setiap peringatan tsunami 26 Desember, Zubaidah selalu berdoa di kuburan massal Ule Lhee untuk anaknya. Dia yakin anaknya yang hilang ikut dimakamkan di kuburan massal ini.