Tudingan Misi Terselubung Pekerja China Diklaim Tak Berdasar
Sabtu, 24 Desember 2016 - 14:55 WIB
Sumber :
- M Nadlir
VIVA.co.id – Anggota Tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional, Indra J Piliang, tak yakin bahwa puluhan ribuan tenaga kerja asing asal China yang bekerja di Indonesia, memiliki tujuan untuk melakukan invasi atau menduduki Indonesia.
Hal itu ia utarakan untuk membantah pernyataan Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia (KSPSI) Jumhur Hidayat, yang menyebut banyaknya tenaga kerja asing (TKA) China yang ada di Indonesia bukan sekedar punya misi bisnis, tapi ada misi lainnya.
"Saya tidak melihat China akan duduki Indonesia. Indonesia ini kan multikultural, nah itu bisa jadi virus yang akan hancurkan China sendiri," kata Indra dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 24 Desember 2016.
Indra mengungkapkan jumlah TKA China ketika sebelum kemerdekaan Indonesia jauh lebih banyak dibanding jumlah yang ada saat ini. Bahkan hampir tersebar di semua daerah.
"Itu ada kuburannya. Mereka itu ke sini bawa kebudayaannya. Jadi kekhwatiran China akan menjajah Indonesia tak perlu. Sepanjang saya belajar sejarah, China itu tidak pernah punya tradisi invasi secara militer, tapi mereka hanya berdagang," kata Indra.
Baca Juga :
Bahkan, dalam sejarahnya, China justru diinvasi oleh bangsa Mongolia. "China dulu malah dikuasai bangsa Mongol. Yang datang ke Majapahit itu juga Mongol, bukan China. Artinya bangsa China yang dikuasai Mongol," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia (KSPSI) Jumhur Hidayat menduga bahwa banyaknya tenaga kerja asing China yang ada di Indonesia tidak sekedar misi bisnis. Menurut mantan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) itu, fakta banyak tenaga kerja asing China menunjukkan bahwa ada misi negara China untuk melakukan invasi di Indonesia.
"Ini ada state mission bukan hanya business mission," kata Jumhur.
Jumhur juga menambahkan, masuknya tenaga kerja China ke Indonesia di luar kebiasaan internasional. Sebab menurut dia, biasanya satu negara yang membutuhkan tenaga kerja asing akan meminta langsung kepada negara penyuplai untuk mengirimkan warganya.