Banjir Bandang Lumpuhkan Bima, 100 Ribu Orang Menderita

Bencana banjir bandang yang melanda Kota Bima Nusa Tenggara Barat, Rabu (21/12/2016). Lebih dari 100 ribu orang terdampak akibat bencana ini.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Didin

VIVA.co.id – Bencana banjir yang melanda Kota Bima Nusa Tenggara Barat menyebabkan ratusan ribu warga di daerah itu akhirnya mengungsi. Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akses komunikasi, pasokan listrik hingga transportasi dan ekonomi pun sementara masih lumpuh.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum, saat ini dampak banjir Bima telah menyebabkan 104.378 jiwa di lima kecamatan mengungsi.

Secara rinci yakni, Kecamatan Rananae Timur sebanyak 3.581 jiwa, Mpuda sebanyak 29.553 jiwa, Raba 19.705 jiwa, Rasanae Barat sebanyak 32.892 jiwa dan Kecamatan Asakota sebanyak 18.648 jiwa.

“Saat ini sebagian banjir telah surut. Hanya menyisakan genangan dan lumpur. Sebagian besar pengungsi telah pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Perkantoran dan sekolah diliburkan. Aktivitas pasar belum ada yang buka karena juga ikut terendam banjir. Listrik masih padam dan jaringan komunikasi juga belum pulih," kata Rum dalam siaran pers BNPB, Sabtu, 24 Desember 2016.

Hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa meninggal dan hilang akibat banjir. Fasilitas kesehatan yang rusak meliputi 4 puskesmas, 29 puskesmas pembantu, 29 polindes dan 1 kantor labkesda. Obat-obatan dan sarana medis ikut terendam banjir sehingga diperlukan bantuan masyarakat.

Upaya penanganan darurat banjir terus dilakukan oleh BPBD, BNPB, TNI, Polri, Basarnas, Kemenkes, Kemensos, Kemen PU Pera, Tagana, SKPD Kota Bima, NGO, dunia usaha, relawan seperti dari PKPU, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Senkom Polri dan lainnya, dan masyarakat. Masa tanggap darurat selama 14 hari yaitu dari 22 Desember 2016 hingga 4 Januari 2017.

"Tim Reaksi Cepat BNPB yang sudah ada di Kota Bima agar menghitung berapa kebutuhan logistik dan peralatan di sana. Perkuat terus BPBD. Jangan sampai ada masyarakat yang kekurangan dan tidak mendapatkan bantuan," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei.