Angklung Didaftarkan ke UNESCO

Sumber :

VIVAnews - Untuk melindungi angklung sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, Saung Angklung Udjo mulai mendaftarkan angklung ke UNESCO.

Pendaftarannya dilakukan Rabu 26 Agustus 2009 dengan difasilitasi Departemen Pendidikan, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dan Departemen kebudayaan dan Pariwisata.

"Jadi angklung didaftarkan sebagai nominasi warisan budaya tak benda (intangible heritage) asli dari Indonesia," kata Direktur Operasional Saung Angklung Udjo Satria Yanuar Akbar di Bandung, Jumat 28 Agustus 2009.

Menurut Satria, sebelum proposal pendaftaran angklung ini diajukan ke UNESCO, pihaknya bersama sejumlah komunitas angklung di tanah air sempat menjadi narasumber dalam sidang verifikasi di Saung Udjo pada tanggal 11 Agustus lalu.

Narasumber itu, kata Satria, terbagi atas dua bagian yaitu masyarakat angklung tradisional seperti dari Banten, Kasepuhan Garut Jawa Barat, dan Ujungberung, dan masyarakat angklung modern yang bergumul di Saung Pak Daeng seperti Saung Angklung Udjo, komunitas angklung di sekolah, dan komunitas masyarakat musik angklung. "Sedikitnya ada 13 komunitas yang tercatat, meski pada kenyataannya lebih dari itu," katanya.

Kini, kata Satria, pihaknya menunggu tahapan verifikasi yang dilakukan UNESCO. Verifikasi dilakukan untuk membuktikan apakah angklung sangat berperan dalam kelangsungan suku bangsa khususnya di Indonesia.

"Jika lolos verifikasi, maka UNESCO akan mengeluarkan sertifikat dan angklung dapat diakui sebagai warisan ahli budaya kita selain tiga budaya lain yang sudah diakui yaitu wayang golek, keris, dan batik," katanya.

Meski menyampaikan penghargaan atas upaya pemerintah memfasilitasi proses pengajuan proposal ini, Satria menilai pemerintah selama ini masih lambat dalam mendaftarkan warisan budaya Indonesia.

Sebagai perbandingan, kata Satria, Cina sudah mendaftarkan lebih dari seribu warisan budayanya dalam kurun waktu 10 tahun. Korea, sudah melakukannya sejak tahun 1995 dan sudah mendaftarakan tidak kurang dari 100 warisan budayanya.

"Sedangkan Indonesia baru melakukannya sejak tahun 2002, itu pun baru empat jenis," katanya.

Di Malaysia angklung diakui sebagai kebudayaan setempat.

Laporan: BAR | Bandung