Polisi Tandai Persembunyian Kelompok Santoso di Dekat Sungai

Sejumlah personel Inafis melakukan olah TKP tewasnya salah satu teroris anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso usai baku tembak dengan Densus 88 pada Jumat, (3/4/2015).
Sumber :
  • ANTARA/Fiqman Sunandar

VIVA.co.id - Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan meminta warga yang bermukim di wilayah perbatasan provinsi itu dengan Sulawesi Tengah agar mewaspadai kelompok teror yang menyusup dan melancarkan serangan saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2017.

Penyusup yang dimaksud ialah kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur pimpinan mendiang Santoso alias Abu Wardah, yang berbasis di wilayah Poso, Sulawesi Tengah.

"Kita berikan kesadaran masyarakat perbatasan untuk memberikan info warga asing di luar Sulawesi Selatan yang masuk wilayah kita. Kan, ketahuan dari dialeknya kalau orang asing," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Sulawesi Selatan, Komisaris Besar Polisi Dicky, di Makassar pada Rabu, 21 Desember 2016.

Polda mengerahkan para personel, termasuk sebanyak 57 polwan, untuk merazia dan memeriksa orang-orang yang dianggap mencurigakan masuk wilayah Sulawesi Selatan. Para polwan itu dikerahkan khusus untuk memeriksa perempuan yang dianggap mencurigakan.

Menurut Dicky, kelompok teroris Santoso yang tersisa itu hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Sulawesi Tengah. Mereka bermukim tidak jauh dari sungai.

"Itu buat penghidupan, makan dan mandi. Pasti dekat dengan mata air. Kira-kira mereka tinggal seratus-dua ratus meter dari mata air. Kalau jauh dari mata air, dia enggak akan survive (bertahan hidup),” ujarnya.

Pengikut kelompok Santoso yang tersisa, kata Dicky, ditengarai masih dilindungi sebagian warga setempat, bahkan ada yang memberikan bantuan makanan. “Tidak mungkin bertahun-tahun mereka hidup di hutan jika tidak ada pendukung dari perkampungan," katanya.

(mus)